Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

NU, Makin Hari Makin Seksi, dalam Negeri dan Luar Negeri

16 November 2017   15:48 Diperbarui: 16 November 2017   15:49 2985
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Islam NU-Santara yang di usung NU itu sebenarnya terjemahan dari "Rahamatan lil Alamin". Dalam bahasa popupernya, orang Arab menyebut dengan istilah "islam wasati" yang artinya "islam moderat". Karena yang mengusung itu NU, sudah pasti banyak yang tidak setuju, khususnya dari  kelompok yang mengaku sebagai garis lurus.

Santri ndeso pernah bilang "jika ada orang atau kelompok kalau ngaku-ngaku lurus, berarti masih belum lurus, sebagaimana orang yang sedekah ngaku ihlas, berarti dalam hatinya masih ada butiran riya". Jadi, orang NU sejati tidak akan ngercoki NU, karena NU rumah yang teduh bagi pengikut Aswaja yang cinta kepada Allah SWT dan ulama dan durriyah Rosulullah SAW.

Nah, saya pernah mendengar Sayyid Qurais Sihab berkata "ketika orang membenci sesuatu, ketahuliah bahwa di dalam hatinya itu ada butiran cinta". Kelompok islam garis lurus dan konco-konconya kadang nyerang NU, ada juga yang nyerang amalan NU, ketahuilah sesungguhnya dalam hati mereka itu ada butiran cinta NU. Hanya saja, mereka tidak mau mengakuinya, sebagaimana Abu Lahab dan Abu Jahal yang membenci Nabi Muhammad SAW, padahal keduanya itu mencintainya.

Dulu, hingga sekarang masih ada saja orang nyerang atau bahasa kasarnya "nyiyir" terhadap NU dan amaliyahnya. Ada juga yang berkata "NU" itu sudah di susupi kelompok liberal, Syiah. Ada juga yang mengatakan "saya ini NU, tetapi NU nya Mbah Hasyim Asaary. Sebenarnya, makna yang tersirat dari orang yang ngaku-ngaku "NU Mbah Hasyim Asaary" sebuah ketidak setuju-an dengan Kang Said Aqil Sirajd. Bisa juga, karena tidak mendapatkan tempat di Jamiyah Nahdhotul Ulama' yang di dirikan oleh Syekh Al-Imam Muhammad Hasyim Asaary Al-Jombangi dan para kekasih Allah SWT.

yenny-5a0d508d2599ec57e01b20b2.jpg
yenny-5a0d508d2599ec57e01b20b2.jpg
Sejak berdirinya, NU itu memang unik, menarik dan penuh dengan nilai-nilai sacral. Mulai tanggal, tahun, bahkan logo-nya juga menarik. Jadi, menjadi Kyai NU itu tidaklah mudah, sebagaimana kyai-kyai pada umumnya. Kyai NU, tidak hanya modal suara merdu menjadi imam sholat lima waktu, apalagi hanya modal gaya ceramah yang lucu dan biki nagis dan haru. Menjadi Kyai NU, tidak cukup bergelar doctor, professor, P.Hd, apalagi hanya mengadalkan pengajian dan kajian-kajian melalui medsos, youtube. Tidak, dan tidak sama sekali.

Menjadi Kyai NU itu harus menguasai perangkat bahasa Arab dengan baik, juga ngerti ilmu fikih, hadis, dan juga pernah ngaji tafsir kepada para mufassir yang terkemuka.  Dan yang paling penting, ilmu yang dipelajari harus nyambung dengan gurunya (muttasil), sehingga dapat dipertanggung jawabkan.

Tidak dikatakan Kyai NU, jika tidak kuat membaca hizib dan wirid, kuat doa dan juga kuat tirakat. Kyai NU, selalu menjunjung tinggi ahlak kepada guru-gurunya, bahkan kepada putra-putrinya gurunya. Jadi, ngak ada ceritanya Kyai NU mengkritik dan menjatuhkan gurunya. Karena santri NU memiliki keyakinan, ilmu iitu akan bermanfaat jika memulyakan gurunya. Kualat jika durhaka kepada gurunya, begitulah penjelasan kitab Taklim Al-Mutaalim.

Komitmen NU sangat jelas terhadap ajaran Islam Ahlussunah Waljamaah, begitu juga terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia. Itulah yang membuat NU semakin kokoh dan seksi di mata dunia hingga sekarang. Siapapun yang ingin merusak NKRI, berarti merusak NU. Begitulah kira-kira semangat NU dan masyarakat NU dimana-pun berada. PKI, DI, TII dan PKI, harus berhadapan dengan NU, dan yang terkini adalah HTI. Orang NU meyakini, ibadah bisa dilakukan dengan nyaman dan khusu' jika memiliki rumah (Negara).

Pendidikan, ekonomi, kesehatan bisa berjalan dan berkembang jika memiliki Negara, dan kondisi Negara aman. Itu semua hanya terwujud dengan membumikan "Islam NU-Sanatara" yang menjaga nilai-nilai ahlak yang bersumber pada Al-Quran dan sunnah Rosulullah SAW. Jadi, Islam NU-Sanatara itu barometernya Al-Quran dan sunnah, serta merujuk pada Aqidah Al-Asaariyah dan Maturidiyah.

Setiap lima tahun sekali NU semakin cantik dan seksi. Setiap pilkada, pilgub, pilwali Semua pimpinan partai politik selalu datang menghampiri bidadari seksi yang bernama "Jamiyah NU". Mulai yang warna putih, merah, biru, kuning, apalagi yang berwarna hijau berlomba-lomba mendapatkan restu NU.

Teringat cerita ande-ande lumut yang dilamar wanita-wanita seksi, ternyata Ande-ande lumut memilih wanita yang menjaga harkat dan martabatnya. Begitu juga dengan NU, selalu memilih pasangan yang bisa menjaga Aswaja NU-Santara dan menjaga NKRI dan Pancasila.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun