Setiap orang islam dimana saja berada, sangat menanti malam ganjil di bulan suci Ramadhan. Dengan harapan, pada malam-malam ganjil bisa memperoleh keberkahan malam Lailatul Qodar. Pada malam itu, kebaikannya begitu melimpah ruah, bahkan lebih baik dari seribu bulan.
Ceritanya begini, suatu ketika, ada seorang laki-laki dari kalangan Bani Israel, konon, namanya Samun Al-Ghozy yang berjuang di jalan Allah SWT siang dan malam selama 1000 bulan. Bisa kebayang, seorang berjuang menegakkan agama Allah SWT, dalam waktu yang cukup panjang tanpa kenal lelah. Wong berjuang hanya hanya sehari saja bapahanya begitu besar, dan jika gugur di medan perang langsung masuk surga dan disediakan bidadari cantik. Tidak bisa dibayangkan, berapa ribu bidadari yang diperoleh oleh Samun Al-Ghozy yang berjuang hingga 1000 bulan?
Ketika Rosulullah SAW menceritakan kebaikan perjuangan Samun Al-Ghozy kepada para sahabat, sontak para sahabat terheran-heran atas banyaknya kebaikan yang dilakukan oleh Samun Al-Ghozy. Bagi sahabat, berjuang di jalan Allah SWT merubapan bagin dari hidupnya, jada wajar jika para sahabat itu iri atau termotivasi dengan perjuangan Samun Al-Ghozy. Namun, usianya manusia sangatlah terbatas, mana mungkin bisa berjuang di jalan Allah SWT seperti Samun Al-Ghozy.
Akhirnya, Allah SWT menurunkan surat Al-Qodar yang mana menceritakan bahwa pada malam Ramadhan ada sebuah malam, dimana nilai kebaikanya lebih baik dari seribu bulan.
Itulah yang disebut dengan malam Lailatul Qodar. Pada malam itu disebut dengan malam turunnya Al-Quran. Pada malaikat-pun ikut turun ke bumi meramaikan peristiwa Lailatul Qodar hingga fajar. Beruntunglah orang yang bisa mendapatkan Lailatul Qodar, karena kebaikan yang dilakukan pahalanya sama dengan 1000 bulan.
Inilah yang menjadi karakteristik umat Rosulullah Muhamamd SAW. Usianya memang pendek-pendek, tubuhnya juga tidak besar, fisiknya lemah, sehingga ibadahnya kadang nilainya sangat terbatas. Apalagi yang malas. Dengan adanya malam Lailatul Qodar, maka setiap orang bisa berlomba-lomba dengan penuh semangat untuk meraih kebaikan Lailatul Qodar.
Terkait dengan keistimewaan malam Lailatul Qodar, secara khusus, Rosulullah SAW berkata "barangsiapa yang melaksanakan sholat (qiyam) pada malam Lailatul Qodar atas dasar iman dan semata-mata karena-Nya, maka Allah akan mengampuni dosa-dosa yang pernah dilakukan" (HR.Bukhori). Rosulullah SAW juga mengajarkan doa khusus kepada Aisyah ra yang artinya "Ya Allah, sesungguhnya Engkau maha pemaaf, suka memaafkan maka amaafkanlah kami"
Begitu istimewanya malam Lailatul Qodar, sampai-sampai sebagian besar umat islam pada 10 terahir bulan Ramadhan melaksanakan I'tikaf di masjid, sholat witirnya dimulai tenggah malam dengan tujuan "berburu malam Lailatul Qodar". Dengan harapan, pada malam-malam sepuluh terahir memperoleh dasyatnya Lailatul Qodar. Padahal, hari-hari biasa, tidak seperti itu.
Bagi orang  yang istikomah, mereka tidak pernah berburu Lailatul Qodar selama 10 malam terahiri Ramadhan, karena Lailatul Qodar akan memburu dirinya. Ketauilah, orang yang rajin ibadah, sedekah, membaca Al-Quran, wiridan, tahajudan, hari-harinya seperti Lailatul Qodar. Baginya semua malam itu ibarat Lailatul Qodar. Bukannya dia memburu Lailatul Qodar, tetapi Lailatul Qodar itu memburu dirinya.
Jadilah orang yang istikolah dalam tarawih, jangan hanya puas delapan rakaat, dan jangan sibuk memperdepatkan jumlah rakaat. Tetapi, jadikan setiap malam itu waktu untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan banyak qiyam ramadhan, sebagaimana Imam Malik ra, yang melaksanakan qiyam Ramadhan (taraweh 36 rakaat).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H