Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ketika Kolektor Keris Berbicara

26 November 2014   23:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:45 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

DPR itu sukanya betengkar, rebutan posisi, juga rebutkan jabatan. Raknyat-pun mengatakan bahwa kelakuan DPR itu ngilani (menjijikkan). Masak, sosok wakil rakyat justru meresahkan rakyatnya. Apalagi, kadang pertengkaran itu diperlihatkan langsung oleg siaran TV One, dan Metro TV, semakin jelas karakter anggota DPR yang sekarang duduk di Parleman. Tidahlah heran jika dulu Gus Dur pernah mengatakan”DPR itu seperti taman kanak-kanak”.

Setiap hari medsos, seperti; FB, Twiter, serta medio online, selalu mengabarkan pemberitaan menarik seputar pernyataan Fadli Zoon, Fahri Hamzah PKS. Keduanya bisa masuk rekor Muri karena pernyataan sangat menarik, mengelitik, bahkan kadang ngilani (menjijikkan). Sebagai politisi, sah-sah saja Fadli Zoon membuat stat-stat yang mengkritik pemerintahan Jokowi dan JK. Karena memang, sejak awal Fadli Zoon birahi politiknya sangat tinggi. Jika melihat Fadli Zoon, teringat pada sosok Menteri penerangan Harmoko yang selalu sendiko dawuh terhadap titah Pak Soeharto. Begitulah kira-kira sosok Fadli Zoon terhadap titah Prabowo Subiyanto.

Fadli Zoon itu sudah terlanjur benci kepada Jokowi dan JK, sehingga tidak satu-pun yang dilaukan keculi salah. Lihat saja para pembenci Jokowi. Ketika Jokowi membawa putrinya ikut bersamanya, para pembenci mengatakan ‘’aji mumpung’’ mengajak putrinya. Dasar orang benci, ngak ada benarnya orang. Ketika Jokowi menghadiri putranya wisuda di Singapura dengan mengunakan pesawat eekonomi tanpa pengawalan ketat. Para pembenci itu bilang “pencitraan”.

Begitu juga ketika Jokowi memaafkan orang yang mem-bully- dirinya. Fadli Zoon lansgung datang kepada MA, dan mengatakan akan pasan badan demi melindungi rakyat kecil. Kemudian Ruhut  Sitompul anggota Komisi III DPR Demokrat bilang” aksi 'pasang badan' Fadli Zon sebagai penjamin penangguhan penahanan MA di Bareskrim adalah bagian pencitraan politik dan intervensi terhadap proses hukum."Itu namanya dia pencitraan (http://m.kaskus.co.id/post/5454e271d675d4951f8b456b).

Sebaliknya, Fadli Zoon itu tidak pernah membantah, selalu sendiko dawuh terhadap Prabowo Subianto.  Itulah namanya cinta, ibarat anak mudah jatuh cinta kepada pacaranya. Kalau cinta sudah melekat, gula jawa bahu coklat.  Lebih menarik dan mengeliti lagi, Ruhut mengatakan:” Seharusnya dia belajar hukum dulu. Dia memang background-nya apa? Lah, dia kan cuma kolektor keris," kata Ruhut.

Barangkali sangat tepat jika Fadli Zoon itu menjadi presiden Indonesia, tetapi bukan rakyat Indonesia yang di pimpin, melainkan keris-keris Indonesia yang tersebar ke seluruh nusantara. Juga, mengembalikan barang-barang antic yang sekarang berada ditangan orang-orang asing.

Terlepas dari perbedaan. Yang jelas, Jokowi tidak pernah menjawab kritikan yang dikeluarkan oleh lawan-lawan politiknya. Barangkali Jokwi itu risih, atau bisa jadi Jokowi itu itu punya pikiran “emang gue pikirin”. Bisa jika Jokowi itu mengangab kritikan, kicauan, lawan-lawan politiknya seperti radio bogrek (rusak) yang tidak perlu ditanggapi. Karena menanggapi orang-orang itu justru men-sia-siakan energy.

Teringat pada filsafat bahasa Mahwu (Bahasa Arab), fail (subyek) itu akan menjadi tinggi tempatnya (rafa’) jika bersatu (dhammah). Presiden tidak akan bisa bekerja dengan baik, jika tidak bersatu dengan DPR. Sebalinya, DPR tidak akan memperoleh tempat yang tinggi dan mulia, jika masih memikirkan kelompoknya masing-masing. Bisa-bisa nanti rakyat akan meminta agar DPR dibubarkan. Selama masih ada KIH (Koalishi Indonesi Hebat) dan KMP (Koalisis Merah Putih). Indonesia tidak akan bisa maju, Indonesia akan kembali ke masa lampau.

Berdirinya Indonesia dengan kuat dan kokoh, dari sabang sampai merauke, karena masyarakat Indonesia yang terdiri dari agamawan, seperti; KH Hasyim Asaary, KH Wahab Hasbullah, KH Ahmad Dahlan, KH Agus Salim, dll menerima orang-orang yang berbeda agama dan keyakinan sebagai bagian dari Indonesia. Agamawan itu mengeti bagaimana membumikan filsafat bahasa Arab dengan baik di nusantara. Oleh karena itulah, Indonesia berdiri, karena punya tekad kuat bersatu dalam bahasa Indonesia, nusa dan bangsa, dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun