Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menanti Janji Suci Jokowi

12 Desember 2014   05:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:29 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah menjadi tradisi dan kebiasaan, bagi setiap calon presiden selalu menjanjikan sesuatu kepada calon pemilihnya. Konon janji itu adalah hutang, berarti wajib ditepati. Teringat pepatah orang Arab “sebaik-baik ucapan itu sedikit, tetapi berbobot”. Artinya, seorang calon presiden itu, mestinya tidak banyak mengumbar janji, tetapi banyak ber-aksi dengan tindakan nyata dan bermanfaat bagi masyarakat dan umat.

Sudah menjadi rahasia umum, apabila calon presiden tidak banyak berjanji dan menyanyi, bisa dipastikan kalah sebelum berperang. Rakyat tidak akan memilihnya, dengan alasan tidak visi dan misi. Apalagi calon presiden yang tidak memiliki modal sama sekali, baik modal duit, atau modal investasi social. Sudah pasti kalah.

Sebagai calon presiden, Jokowi itu bisa dikatakan tidak banyak berduit jika dibandingkan dengan Prabowo. Tetapi Jokowi itu memiliki modal kepercayaan dari masyarakat Indonesia. Salah satu cara yang bisa menarik simpati masyarakat adalah “blusukan”. Satu-satunya presiden yang bermodal “blusukan”, yang dipopulerkan oleh media. Maka bersyukurlah Jokowi, telah dibantu dan dibesarkan oleh media.

Maklumlah, namanya saja orang desa, wajahnya juga desasi, dan penampilan juga desa sudah pasti sebagian pemilihnya juga orang desa (kawulo alit). Partai pendukungya juga partai deso, seperti; PDI dan PKB.

Realitas dilapangan, PKB itu sebagian besar adalah warga NU yang tidak memiliki penghasilan cukup, dan juga tidak mapan. Sehari-harinya juga tahlilan dan istighosahan, sholawatan, manakiban, dan tawasulan.

Orang-orang elit mengatakan, PKB itu partainya orang-orang yang tinggal kampung dan pingiran desa. Kemampuan intelektualnya juga terbatas. Ada juga yang mengatakan”PKB” itu partainya orang-orang ahli bidah. Memang benar, pendukung PKB banyak yang kuper, tetapi hubungan dengan Allah SWT tidak kuper lho, sebab sering tahlilan dan sholawatan.

Jadi kemenangan Jokowi itu karena sebagian besar para pendukungya itu banyak orang desa dan kampung, khususnya dari kalangan Nahdiyin. Tidak dipungkiri, PDI juga banyak, walaupun demikian, PDI itu kuluturnya sama dengan PKB, suka tahlilan, istighosah, sholawatan.

Ada yang menarik, biasanya orang-orang desa itu ketika memilih presiden itu karena ada kesamaan, seperti; sama-sama orang desa, tidak pamrih (ihlas), tidak karena dibayar, atau bukan karena ada tekanan. Itulah kira-kira alasan orang desa memilih Jokowi.

Inilah ciri khas orang-orang desa para pemilihnya Jokowi. Setelah Jokowi mengumumkan, bahwa pasanganya adalah JK, maka orang-orang desa semakin semangat mendukungnya, karena JK itu 2000 karat orang NU.

Sebagai orang desa, Jokowi sangat mudah menjanjikan kepada mereka, karena orang desa polos. Janji Jokowi yang mampu menghipnotis masyarakat desa, ialah; KIS (Kartu Indonesia Sehat), dan sejenisnya. Bagi orang desa, KIS itu seperti intan permata yang tidak bernilai harganya. KIS bisa menjadi kartu sakti untuk berobat di rumah sakit. Apalagi saat, biaya pengobatan di rumah sakit semakin hari semakin melangit.

Namanya saja orang desa, ketika Jokowi sudah menjadi presiden RI, orang-orang kampung yang telah dijanjikan mendapat KIS masih belum memperoleh sampai saat ini. Bukanya orang-orang desa itu demonstrasi dengan membakar ban di jalan, atau takbiran di jalan-jalan. Mereka malah mendoakan, semoga Jokowi itu sehat wal afiyat, dan tetap bisa jujur dan tetap blusukan. Sebab, orang-orang desa itu memang sudah memiki kartu KIS (Kartu Indonesia Sabar), jauh sebelum di janjikan (Kartu Indonesia Sehat).

Bagi orang kampung, yang terpenting dalam hidupnya ialah, aman, nyaman, sehat jasmani dan ruhani. Kemudian pengajian sehari-hari bisa berjalan dengan baik dan lancar. Mereka tidak memperdulikan BBM (Bolak Balik Naik). Orang kampung justru akan terganggu jika dilarang tahlilan dan istigosahan, arisan.

Terkait dengan ke-amanan dan kenyamanan masyarakat di dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari. Masyarakat menanti janji-janji manis pemerintah Jokowi. Seperti; menghukum mati Koruptor dan Bandar Narkoba, karena keduanya telah merusak sendi-sendi bangsa Indonesia dan moral putra-putri sebagai generasi bangsa Indonesia.

Jaman Suharto, yang masuk desa itu tentara dengan istilah “ABRI masuk desa”. Sekarang budaya korupsi sudah masuk desa, begitu juga dengan narkoba sudah masuk ke desa-desa pelosok dengan berbagai cara.

Setiap hari, polisi menyita minum-minuman keras, narkotika, serta menangkap para pelakuknya. Semua itu telah telah merusak semua sendi-sendi bangsa Indonesia. Dengan adanya Narkoba masuk desa, ratusan pemuda yang tidak punya duit menjadi korban “minuman oplosan

Dengan adanya narkoba, banyak orangtua memperkosa anak kandungnya sendiri. Narkoba itu merusak jiwa raga, akal fikiran, harta benda, keturunan (nasab), keluarga, serta merusak agama dan keyakinan. Oleh karena itulah, Nabi SAW melarang (mengharamkan) minum-minuman keras yang memabukkan. Itu semua akan merusak segala-galanya. Dalam ajaran islam, pelakuknya harus dicambuk. Larangan ini, sebenarnya bukan uutuk pelakunya sendiri, tetapi juga untuk orang lain, agat tidak tertular narkoba. Tidaklah berlebihan jika “wong alit” meminta agar Bandar-bandar iru segera di gantung.

Orang-orang desa itu sangat bersyukur, bahkan akan melakukan sujud syukur berjamaah, jika kouptor dan Bandar narkoba, baik yang di desa dan di kota dihukum mati bersama-sama dengan hukuman setimpal. Semua menanti janji itu, agar masa depan generasi bangsa tidak rusak karena narkoba dan koruptor.

Jika Jokowi tidak segera melaksanakan ke-inginan masyarakat pedesaan, bisa jadi Jokowi itu kuwalat. Kenapa demikian, karena orang-orang desa yang hari-harinya selalu tahlilan, istigosahan, permintaanya hanyalah ingin aman, nyaman, dan desanya terbebas dari narkoba. Orang desa itu hanya ingin dan berharap kalau pelaku narkoba itu segera dihukum mati demi menyelamatkan anak cucu, sekaligus menjadi bukti kalau pemerintahan ini memerangi narkoba.

Mari kita nanti janji pemerintahan Jokowi yang akan meng-eksekusi bandarserta yang terkait langsung dengan narkoba. Jika pemerintah melaksanan janjinya, bukan saja pencitraan, tetapi akan mengangkat martabat bangsa Indonesia. Juga, para pengedar narkoba akan ketakutan. Dan yang paling penting ialah menyelamatkan gerasi bangsa Indonesia dari bahaya Narkoba.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun