Pagi itu, matahari belum genap menampakkan sinarnya. Namun, Jinah 73 tahun warga Desa Margomulyo, Kecamatan Kerek Kabuaten Tuban sudah sibuk melipat pakaian bekas untuk bekal dijual siang harinya-di rumah pemberian orang lain. Karena sejak tiga puluh tahun silam atau sejak suaminya meninggal, jinah tidak memiliki tempat tinggal tetap. Bahkan jinah berkali kali berpindah rumah, karena tanah yang di tempati akan di pergunakan pemiliknya.
Untuk mencukupi kebutuhan sehari hari, jinah bekerja dengan berjualan baju bekas keliling kampung. Mulai keluar rumah pada siang hari, jinah keliling dari desa ke desa. Dengan menggendong baju bekas jualannya seberat sekitar 20 kilogram, jinah menawarkan baju bekas yang di jualnya kepada warga yang di laluinya,
Setiap kerumunan warga, warung-warung dan jalan lingkungan di laluinya, bahkan setiap bertemu warga di tawarkan dagangannya tersebut. Tidak kurang dari sepuluh kilo meter setiap harinya, jalan antar desa di laluinya demi menjajakan daganganya. penghasilan yang dia dapatpun tidak seberapa. Setiap potong baju, celana atau dagangannya hanya memperoleh untung sebesar Rp. 1.000,-. Setiap potong dia beli seharga Rp. 4.000 dan dijual hanya Rp. 5.000,-.Dalam sehari, jinah hanya mampu menjual antara enam potong hingga delapan potong pakaian. Meski keuntungan yang diperoleh perhari tidak lebih dari sepuluh ribu. Tapi nenek berusia 73 tahun ini tetap bersyukur, karena hanya pekerjaan inilah yang selama ini bisa di lakukannya. Kadang sehari keliling desa, gak laku nak,” cerita Jinah sambil sesekali batuk. Sudah lebih dari delapan tahun pekerjaan itu tetap ia di tekuni. jinah hanya mampu mematok keuntungan seribu rupiah perpotong baju bekas, karena jika berlebihan, maka daganganya tidak laku. selain itu terbatasnya modal, dia tidak bisa menambah jumlah daganganya,
Penghasilan yang di dapat memang tidak seberapa, jika di banding dengan keringat yang bercucuran. Namun apa boleh buat, kerasnya kehidupan membuat nenek ini berjalan puluhan kilometer untuk berjualan pakaian bekas demi SESUAP NASI di usia senjanya. semoga cerita ini bisa di dengar oleh pemimipin dan pejabat-pejabat negara