Tulisan ini dibuat semata-mata untuk menyemangati diri sendiri yang mulai kesulitan untuk terus menulis. Awalnya dari alasan sibuk bekerja, ternyata setelah resign dari kantor, justru pekerjaan (rumah) jadi makin banyak.
Tidak ada alasan melaundry pakaian, jadi dari mencuci hingga siap pakai di lemari harus dikerjakan sendiri. Tidak ada alasan untuk membeli lauk, hingga dari belanja sampai siap disantap pun harus diselesaikan sendiri. Pekerjaan jadi tiga kali lebih banyak. Alangkah melelahkannya jadi ibu rumah tangga:)
Tapi—klise—hidup kan pilihan. Maka setelah memilih berhenti bekerja, saya harus memilih memaksa diri kembali nyebur ke dunia tulis menulis. Lebih produktif dari waktu bekerja, bahkan dari masa lajang (mungkinkah??)
Oke, kembali ke ide utama. Apa yang dilakukan saat tulisan kehabisan bahan bakar ide? Jawabannya, MEMBACA.
Itulah teori ciptaan saya dulu, kala diundang mengisi acara kepenulisan untuk para pemula. Ini bagian untuk mempertanggungjawabkan ucapan sendiri.
Dari tahun ke tahun inilah yang biasa saya lakukan. Berdasarkan pengalaman, berhenti menulis satu bulan saja, risikonya seperti berhenti seumur hidup. Karena pelajaran akan dimulai dari awal. Pengalaman yang lalu-lalu tinggal cerita.
Membaca membuat kita tergelitik, sisi kritis akan menerbitkan ide-ide baru yang muncul akibat rangsangan bacaan tadi. Contoh sederhananya, membaca buku Harry Potter bisa saja membuat kita berpikir, bagaimana jika ia berada di dunia sihir ala Indonesia yang isinya dukun santet, dukun pengganda uang, bahkan dukun cabul.
Contoh lain, ketika membaca sebuah buku tentang Islam versi pengajian satu, yang isinya meraportmerahkan pengajian lain, biasanya kita juga berpikir kenapa ribut benar untuk hal-hal tak prinsip? Lalu muncullah ide untuk menuliskannya. Lebih kurang begitu.
Ada dua hal yang menjadi tips andalan saya saat peserta acara bertanya—dan pertanyaan ini hampir selalu ada—tentang mood, ide mentok, dst.
Pertama, setiap hari luangkan waktu untuk menulis. Menulis apa pun. Jika dipaksa demikian keras tak juga mampu, maka ganti dengan langkah kedua.
Membaca. Membaca apa pun yang menyenangkan. Jika sedang tak semangat dengan cerpen, bisa ganti novel. Tak ingin fiksi, bisa beralih ke nonfiksi. Tak suka yang berat, sila pilih yang ringan-ringan saja. Pokoknya harus membaca, dan harus senang!