Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Belanja Lebaran dan Risikonya

7 Mei 2021   05:00 Diperbarui: 7 Mei 2021   05:02 953
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebaranku kali ini sepertinya bakal lebih mencekam dari lebaran tahun lalu. Pasalnya, penambahan kasus positif covid-19 di Jambi belakangan terus meningkat.

Tahun lalu mudik dilarang, tapi banyak yang melanggar. Tahun ini? Dilanggar lagi dong! Jadi untuk sedikit mengurangi risiko corona makin menggila, tolonglah terapkan 5M. Salah satu yang mungkin dilanggar lagi adalah menghindari kerumunan.

Gimana nggak yakin dilanggar. Tiap sore, padahal sudah dekat lebaran, jalan masuk ke perumahan di tempatku hampir selalu macet karena dipenuhi para pemburu takjil. Lah wong yang untuk kebutuhan tiap hari aja bisa berkerumun, apalagi kebutuhan tahunan sekelas baju baru.

Untuk kamu yang merasa wajib punya barang baru di tiap hari raya, belanja di olshop bisa jadi alternatif untuk sedikit mengurangi potensi berkerumun. Sayangnya, meski transaksi elekronik relatif lebih aman dalam hal penyebaran virus, namun ada kelemahan lain yang juga berpotensi merugikan konsumen.

3 Risiko Belanja Online 

1. Penipuan

Inilah petaka paling banyak yang dialami konsumen. Kemajuan teknologi di tangan orang tertentu justru menjadi bencana bagi orang lain. Para penipu ulung selalu bisa memanfaatkan apa saja untuk tindak kejahatannya.

Kita diimingi-imingi produk terbaik dengan harga termurah. Rating tinggi, testimoni wow, yang berdagang di luar marketplace menampilkan bukti resi. Tapi ujung-ujungnya semua itu palsu.

Penjual produk fiktif biasanya membuat beberapa akun untuk memberi review pada produknya sendiri, lengkap dengan macam-macam testimoni yang meyakinkan. Resi sendiri adalah gambar asli yang diedit sedemikian rupa.

Tentu tidak semua penjual berlaku curang seperti ini. Pedagang asli akan berpikir seribu kali untuk melakukan kecurangan, pelayanan yang kurang baik saja bisa berefek buruk bagi usahanya, apalagi menipu.

Agar tak terjebak penipuan, kamu bisa mengandalkan Google. Ketik kata kunci berupa nama pemilik rekening bank yang akan menerima uang transferan disertai kata penipu. Google biasanya akan menampilkan forum diskusi tentang toko-toko online yang bermasalah---yang mengandung kata kunci sesuai pencarian. Ada pula situs-situs tertentu yang khusus mempublish daftar penjual maupun toko penipu.

Baca juga: Kisah Perceraian Sahabat Nabi

2. Dilema Ongkos Kirim

Murah sih murah, tapi dikirim dari antah berantah dengan ongkos kirim yang lebih mahal dari harga barangnya. Inilah alasan kenapa warung tetangga dan minimarket dekat rumahmu masih lebih unggul. Tapi fokus kita kan ke kebutuhan lebaran ya!

Untuk menyiasati masalah ini, kamu bisa mengajak teman untuk membeli barang yang sama dengan satu alamat pengiriman. Jadi ongkir bisa dibagi ke beberapa orang. Jangan terlalu banyak, karena makin banyak barang jelas makin berat bobot paketnya.

3. Barang Tak Sesuai

Miskomunikasi antara seller dan konsumen kerap terjadi. Cermati baik-baik deskripsi yang dijabarkan penjual, jangan sampai salah persepsi gara-gara melihat gambar. Keahlian fotografi kadang menjebak. Yang paling sering adalah ukuran barang asli tidak seperti yang kita bayangkan.

Jika penjual menuliskan ukuran, maka gunakanlah penggaris nyata. Jangan mengandalkan imajinasi. Lihat baik-baik satuan ukuran yang digunakan, sentimeter atau inci? Jika hanya mengandalkan persepsi dari gambar, lalu barang yang sampai tidak sesuai persepsi, maka yang salah bukan penjual.

Tapi sebaliknya, jika ukuran sudah dilihat saksama, atau bahan yang dituliskan tidak sesuai dengan produk yang sampai ke alamat. Maka kamu perlu memberi pelajaran penting pada penjualnya. Beri rating rendah atau komentar berupa masukan. Tak perlu memaki-maki, karena uangmu juga tak akan kembali.

Baca juga: Cara Salat Idulfitri di Rumah

Opsi Ketiga

Selain tiga risiko di atas, masih ada satu masalah lagi. Bagaimana kalau barang yang dipesan baru sampai setelah lebaran? Offline berkerumun, online tak kurang berisiko. Jadi baiknya gimana?

Mumpung pandemi nih, gimana kalau uangnya dialihkan untuk yang lain saja? Bukankah dengan tidak membeli, misalnya baju baru, kita jadi sedikit kurang sreg keluar rumah. Lumayan juga untuk mengurangi mobilitas manusia di saat Idulfitri.  

Silaturahmi bisa tetap berjalan lewat komunikasi virtual, kan selama ini sudah terbukti bisa. Bersabar dululah, biar pandemi cepat berlalu. Makin kita abai, makin lama covid-19 bisa ditaklukkan. Mending mana, lebaran kali ini tanpa barang baru, atau tidak bisa ikut lebaran tahun depan? Ih seramnya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun