"Keranjang orang penuh-penuh nian, Mi. Cuma kito yang isinyo sedikit," bisik si kakak.
"Ini bae Ummi nyesel ke sini, belanjo dikit antrenyo ngeselin," omelku.
Gimana nggak mangkel, aku ke sana cuma untuk dua renceng kopi yang tidak ada di warung tetangga. Ditambah bahan untuk anak-anak membuat mainan mereka sendiri. Sampai-sampai, di antrean itu bocah-bocah kehausan dan membeli sebotol air mineral, padahal rumah kami tak terlalu jauh.
Hari biasa pun swalayan tersebut memang ramai, tapi kali itu pembeli lebih membludak karena H-2 Ramadan. Tampak di keranjang dan troli yang mengantre, berbagai belanjaan yang sepertinya diperuntukkan sebagai stok dapur dan kulkas.
Tak hanya swalayan, pasar tradisional dekat rumah pun ramai tak terkira. Jangankan belanja, untuk membuang sampah pagi hari saja aku kesulitan lewat. Katanya ekonomi sedang sulit, tapi belanja masih seru ya!
Baca juga:Â Begini Agar Tak Haus Saat Puasa
Ramadan dari Tahun ke Tahun
Awal-awal pandemi, ketika tersebar berita bahwa pasar akan ditutup, bukan main ramainya pasar dan swalayan di sekitarku. Panic buying. Siapa bilang covid bikin ekonomi koid, nyatanya pada kuat kok belanja banyak.
Tak lama setelah keramaian yang bikin macet di mana-mana itu, kota terasa lengang. Persis siang hari di bulan puasa. Apakah pasar dan swalayan ditutup? Nggak tuh! Tapi harga-harga telanjur naik, karena stok menipis jauh. Bukan karena pandemi, tapi karena orang banyak duit lagi panik.
Ramadan dua tahun lalu dan tahun-tahun sebelumnya, di awal dan akhir, pusat perbelanjaan pasti jadi pusat keramaian berkali lipat lebih banyak dari biasanya. Kupikir Ramadan kemarin, yang mana kita berada dalam kondisi pandemi, keadaan akan berbeda.
Sama sekali tidak. H-7 sampai H-1 Ramadan, apalagi mendekati lebaran, asli malas keluar rumah. Sebab di mana-mana macet. Semua orang bersiap dengan belanjaan yang lebih banyak dari biasa. Seolah di Ramadan nanti tak ada lagi makanan yang tersisa di Bumi. Atau karena puasa, tak sanggup lagi keluar untuk mencari bahan berbuka. Ah, aku aja yang lebay barangkali.