Belum, Amin belum punya rumah satu pun. Semua mengontrak. Anak-anaknya juga tidak sekolah, istrinya ribut karena tak kuat menanggung beban, yang jika anak sakit pun, Amin tak akan pulang atas nama dakwahnya. Akhirnya tersisa hanya satu istri, tiga orang diceraikan. Tapi anak dari istri dan mantan, sampai kapan pun tetap anaknya.
Dari selusin lebih anak-anak itu, aku mengambil pelajaran. LDR sebaiknya dilakukan sesingkat-singkatnya, pada momen tergenting yang urusannya antara hidup dan mati. Jika masih ada opsi lain, lebih baik pilih selain LDR.
Baca juga: Jangan Rusak Kesan Pertama dengan 5 Kesalahan Ini
Setelah Dua Puluh Tahun Lebih
"Saya tujuh tahun kerja di kapal ... saya putuskan berhenti, lebih enak dekat dengan anak dan istri ..." Seorang bapak bertampang ramah bercerita pada guru dari anaknya.
Aku tertegun, tujuh tahun berpisah ternyata aman-aman saja. Begitu pula kisah seorang lain, yang juga bekerja di kapal. Sekarang si bapak sudah pensiun, sebelumnya selama bertahun-tahun hidup jauh dari keluarga. Dan kini ia jadi makin akrab dengan anak-anaknya yang sudah dewasa.
Mereka adalah contoh yang beruntung, berbeda dengan anak-anak Amir. Sebut saja begitu namanya. Bertahun-tahun Amir bekerja di kapal, berlayar hingga keluar Indonesia. Tiap enam bulan pulang, kiriman ke keluarga juga lancar.
Istri Amir pun menaruh kepercayaan penuh pada suaminya. Tak mungkin ia ikut berlayar, anak-anak harus sekolah. Dan mungkin juga tidak ada fasilitas untuk keluarga di kapal.
Kemudian, datanglah kabar gembira. Sang suami tak lagi mendapat tugas antarpulau antarnegara. Tapi sudah menetap di pulau tertentu, beda tempat dengan keluarga. Istri Amir terpikir untuk ikut pindah ke pulau tersebut, tapi sang suami tak juga memberitahu alamatnya.
Kabar yang datang kemudian adalah, ia sudah punya keluarga baru dengan dua balita di pulau itu. Anak-anak dari istri lama yang sudah beranjak dewasa, diminta maklum. Itulah sebab ayah mereka sudah dua tahun lebih tak mengirim nafkah.
"Papa akan tetap jadi wali nikah kalian," begitu pesan Amir pada anak-anaknya yang semua perempuan. Menunjukkan tanggung jawabnya, meski putus nafkah lebih dari 6 bulan berturut-turut sudah memutus hubungannya dengan ibu mereka.
"Kami sakit hati, Kak. Tapi kami rindu Papa," ucap salah satu dari tiga bersaudara itu padaku.