"Tar, ada anggota cari kerjaan dak? Kami butuh wartawan." Pertanyaan senada bukan sekali dua kali kuterima, banyak.
Mereka bukan mengenalku sebagai agen penyalur tenaga kerja, tapi setidaknya dalam bidang ini, ada namaku dalam memori mereka. Tak hanya urusan tulis menulis, dengan pengalaman organisasi yang cukup, di berbagai bidang akan ada yang mengenal kita. Bedakan jaringan yang luas dengan popularitas ya!
Kalau sekadar populer, ada banyak cara mudah daripada capek-capek berorganisasi. Â
Melatih Kemampuan Komunikasi
Waktu kecil, kakak-kakak sering sekali mengajakku ke rumah teman mereka. Kakak-kakak yang saat itu masih remaja enteng saja berkata pada temannya, "Kau ajak ngomong adik aku tu, kalo dak, dak bakal dio ngomong duluan."
Bahkan ada kakak yang lebih parah. "Kalo dak penting penting nian berentilah ngomong samo adik aku, dak biso ngomong dio tu!"
Sebagai introvert, organisasi benar-benar melatihku untuk bisa menyampaikan pendapat secara lisan. Baik sebagai staf maupun ketika menjadi ketua, kita dipaksa memulai komunikasi. Meski sampai sekarang aku masih kesulitan mencari bahan basa-basi saat yasinan. Ah sudahlah.
Baca juga: Ngaji, Tapi Suka Memfitnah
Aliran Pahala
"Anak sekarang aneh ya. Kakak datang ke situ untuk lihat-lihat kondisi sekarang. Eh malah kakak dibuat kayak tamu. Mending tamu yang dihormati, ini kesannya kayak Kakak orang luar yang dak tau dan dak perlu tau apa-apa."
Seorang senior pernah curhat soal kondisi terbaru organisasi yang ia dirikan. Aku termasuk saksi yang melihat susah payahnya bersama rekan-rekan saat memprakasai organisasi tersebut.
Sebenarnya nasibnya mirip dengan nasibku, tapi seorang senior lain menegur saat aku baru mengenang-ngenang masa lalu.
"Ingat yang baik-baiknya saja. Yang buruk tidak usah dibahas, bikin hilang pahala. Walau bukan kita yang dirikan, kalau Allah tentukan lembaga itu ada, masih banyak stok manusia lain yang bisa dijadikan pendiri."