"Teman-teman, jangan lupa lusa sudah deadline ..."
Begitu lebih kurang informasi dari admin WAG sekaligus ketua organisasi. Aku ada di sana sebagai tetua. Tau bangetlah rasanya menagih komitmen anggota. Dari memotivasi sampai memaki-maki, sudah bertahun-tahun aku alami.
Berorganisasi itu, menurutku beratnya melebihi kerja cari nafkah. Kalau di kantor, orang khawatir dengan kemarahan atasan. Organisasi? Jangan harap ada yang khawatir dengan kemarahanmu.
Wajar jika dalam berorganisasi, banyak orang yang lebih memilih jadi staf atau bahkan jadi anggota biasa. Kesannya tak banyak amanah, cukup nama dan sesekali setor muka. Percuma tinggi jabatan, toh dari puncak sampai alas, tidak ada yang dibayar.
Itu kalau kita hanya berorientasi pada materi. Tapi jika melihat lebih jauh lagi, banyak sekali manfaat menjadi pengurus organisasi. Dengan catatan, pengurus yang amanah. Bukan yang modal telunjuk, ogah turun ke lapangan tapi hobi naik podium.
Melatih Kesabaran
Datang awal waktu untuk rapat, tapi menunggu sampai hitungan jam. Yang pernah berorganisasi, apalagi dalam waktu lama, kemungkinan besar pernah mengalami hal ini.
Benar-benar uji kesabaran paling mantul. Apalagi jika yang datang belakangan hadir sambil senyam-senyum tanpa merasa ada yang salah. Itu sudah bagus dia datang, ada kalanya tidak hadir dan tanpa kabar sama sekali.
Solusinya? Tetap datang di awal, bawa buku untuk teman menunggu. Ah, kan ada HP. Ya sih, HP adalah teman cerdas serba bisa. Tapi saking bisanya, kamu mungkin terpancing untuk umbar aib organisasi di medsos.
Baca juga: Tidak Ada Diskon yang Tulus! Â
Memahami Karakter Manusia
Okelah untuk awal berorganisasi, seringnya kita jadi korban. Menunggu, diperintah, diabaikan, dan macam-macam perlakuan yang tidak menyenangkan dari teman maupun pimpinan.
Tapi pada masanya nanti, ini akan membuat kita paham. Ada orang yang mumpuni di bidang ini, ada yang tak cakap di sana. Semua manusia punya kelebihan dan kekurangan. Maka ketika kita sendiri yang berkesempatan memimpin, tau bagaimana memanajemen SDM.