Kukasih tau sebelumnya ya, aku ini penulis konten. Bukan peneliti, psikolog, dokter, atau ahli apa pun. Jadi informasi (bukan opini) yang kutulis umumnya diambil dari beberapa referensi. Atau ada juga yang hanya satu sumber, tapi itu artikel luar, yang ditulis ulang (bukan hanya diterjemahkan).
Kenapa aku perlu menulis pembuka di atas? Biar gak disalahpahami orang-orang yang belum ngerti. Daripada disebut copas, ye kan. Kayak artikelku yang ini.
Jadi kalau ada yang tau banyak hal, penulislah orangnya. Sebab mereka harus membaca berulang-ulang sebelum menulis, yang itu pun ada kalanya masih keliru. Memangnya ada manusia sempurna? Oke, sekarang kita ke burung!
Ingat, aku ini penulis. Bukan ahli burung. Bahkan agak gimana gitu rasanya kalau melihat orang memelihara burung di dalam sangkar. Manusia disuruh tetap di rumah karena pandemi aja gak tahan, lah ini burung punya sayap disuruh nganggur.
Burung Seribu Satu Suara
Burung ini punya ekor yang mirip dengan alat musik kecapi. Ukuran tubuhnya besar, yang jantan bahkan bisa hingga 1 meter. Burung kecapi gak sombong, mereka punya sayap dan bisa terbang rendah. Tapi lebih suka jalan kaki di tanah, mungkin menjaga bobot tubuh agar tetap ideal.
Hanya suara buaya yang mungkin tidak bisa ditiru, karena panjang, "Cuma kamu satu-satunya di hatiku!" Â
Hanya Burung Jantan
Soal ekornya yang mirip kecapi, ternyata hanya dimiliki burung lyre jantan. Jadi ingat burung lainnya? Iya, merak jantan! Ekor yang indah dan mengembang itu butuh waktu tujuh tahun untuk pertumbuhannya.
Saat sedang mencari pasangan, burung lyre akan menyanyi merdu. Kalau kamu cari cewek cuma modal gombalan merdu, mending jadi burung aja.