Zamannya hijrah, orang-orang mulai suka dengan istilah-istilah islami. Dulu kata taaruf hanya seliweran di antara orang yang biasa ikut pengajian. Sekarang siapa saja familier dengan kata tsb. Bahkan taaruf dianggap sebagai pacaran islami.
Jadi tak heran, kalau kencan online pun bisa "disyariahkan" jadi taaruf online. Gak percaya? Coba cek di Play Store. Ada aplikasinya, Gengs!
Pacaran Islami, Adakah?
Zaman aku muda dulu, kalau ada yang mau menawarkan jodoh, biasanya ditanya, "Sedang proseskah?" Artinya apa kamu sedang taaruf dengan seseorang?
Kalau ya, comblang akan mundur. Karena tidak boleh meminang di atas pinangan orang lain, walau masih taraf pendekatan. Adabnya begitu.
Perlu ditanya, karena tidak nampak dengan jelas si A sedang didekati oleh siapa. Sebab proses itu begitu rahasia. Kalau gak sampai ke pelaminan, kan malu. Padahal kalau dipikir-pikir, cuma duduk ngobrol di masjid, ditemani senior pula. Nggak ada yang berkurang, kok malu ya?
Susah loh jadi ughtie zaman dulu. Malam minggu gak ada yang ngapelin, ortu resah. Padahal kitanya emang gak pengin diapelin. Jadi kuncinya di komunikasi. Biasanya jauh-jauh hari sudah bilang, pacarannya nanti setelah nikah.
Kupikir zaman sekarang akan lebih mudah. Orang-orang tua sekarang gak tua-tua amat, jadi biasa mengakses informasi dari banyak sumber. Sehingga ngerti deh, kenapa anaknya betah ngejomlo. Ternyata analisisku keliru.
Taaruf yang dulu begitu sakral, sekarang dipakai untuk mengislamisasi istilah pacaran. Jadi kalau yang pacaran (sebelum menikah), ceweknya pakai jilbab, maka mereka menyebutnya taaruf. Haia!
Kalau begitu, berarti membedakan taaruf dan pacaran hanya dari kostum pelakunya. Dangkal ah!
Ada cara yang lebih gampang. Mau yang pacaran pakai jilbab bayi, jilbab lebar, bahkan mukena, kalau taaruf ala mereka tidak mengantarkan mereka ke pelaminan, kemudian pasangannya disebut mantan, maka itu pacaran.
Sebab dalam proses aslinya, taaruf tidak meninggalkan mantan. Masa kenalan sekian jam langsung jadi mantan!