Orang kulit berwarna, terutama Afrika-Amerika, seperti kebas dengan perlakuan yang mereka dapat, meski jelas berbeda dengan warga kulit putih.
Contohnya mendiang ibu Ruth, yang telah 50 tahun bekerja pada keluarga Ms Mina. Menurut majikannya yang kulit putih, ibu Ruth sudah dianggap keluarga oleh mereka. Konyolnya, "keluarga" bekerja sebagai pembantu di rumah keluarga, mengenakan seragam asisten rumah tangga.
Maka Ruth bersikeras membawa isu rasisme dalam persidangannya, meski mengandung risiko besar. Pada akhirnya, Kennedy mengakui apa yang dirasakan Ruth setelah ia berbelanja bersama Ruth dan berjalan-jalan sendirian di lingkungan kulit hitam.
Apalagi terkait tuntutan, akan lebih tepat jika Turk Bauer menuntut RS Mercy-West Haven, karena bukti yang ada lebih mengarah pada keterlambatan hasil diagnosis.
Dan pihak RS sendiri lebih suka mengorbankan Ruth, alih-alih membela pegawainya. Perawat terbaik yang telah bekerja lebih dari 20 tahun di sana.
Novel ini nyaris tanpa cela, kecuali terjemahannya yang makin ke belakang makin kacau diterpa saltik. Ditambah autocorrect bahasa Inggris, menyebabkan beberapa kata membentuk kalimat tak keruan.
Iseng saja, aku membandingkan rasisme di Amerika dengan di Indonesia. Menurutku pribadi, soal suku tak ada masalah. Meski stigma negatif kerap menimpa suku mana saja. Dan itu adilnya, kita semua punya stigma negatif.
Misalnya orang Padang pelit, orang Sunda centil, orang Melayu pemalas, mana saja suku, ada bagian negatifnya. Tapi disertai hal positif, misalnya orang Padang perantau ulung, orang Sunda lembut, orang Melayu ramah. Dst.
Namun kita juga memahami dan sama-sama yakin, itu semua hanya stigma. Semua kembali pada pribadi masing-masing, tak ada urusan dengan suku. Â Â
Baca juga: Review Novel Lainnya
Sama seperti Amerika, masalah kita juga bukan soal pribumi atau nonpribumi. Kalaupun semarin sempat ramai, itu hanya isu tunggangan kepentingan politik. Toh, orang kulit putih juga bukan pemilik tanah Amerika. Ada Indian yang nyaris tersisa kisahnya saja.