Yang namanya rezeki, tidak bisa ditebak. Tahu-tahu setelah nikah hanya sedikit orang yang butuh tenaga Bambank. Praktis pemasukannya berkurang jauh.
Lalu datang seseorang menawarkan pekerjaan. Ikut kerja proyek, sebagaimana yang dulu biasa Bambank lakoni. Tapi karena pendapatannya tidak sebesar yang dulu didapat Bambank, istrinya menolak.
Kemudian datang lagi tawaran bekerja sebagai tukang parkir, istri Bambank tak rela suaminya bekerja begitu. Bambank manut, toh ia tetap bisa makan sampai kenyang. Jangankan makan, rokok pun tak kenal macet.
Istrinya tidak bekerja, tapi mertua dan ipar-ipar Bambank sangat royal. Dulu ia hidup sebatang kara, sejak menikah bagai ketiban durian runtuh. Sekarang Bambank punya rumah sendiri, punya tiga anak. anak tiri bawaan istri diambil ipar.
Punya dua motor, tidak bekerja. Tapi jika sekolah, anak-anak Bambank diantar-jemput ojek gratisan. Yang bayar ojek? Ipar.
Saking mudahnya hidup, jika ada pekerjaan datang, Bambank tinggal menolak dengan alasan ngantuk atau sedang mengayun anak. Hidup tetap berjalan. Dapur ditanggung seumur hidup oleh mertua.
Cerita si Bambank dan istrinya memang belum spesifik nyambung ke niat comblang yang kubatalkan. Tapi di sesi berikutnya ada kisah yang jika dihubungkan dengan kisah Bambang, pembaca bisa paham apa yang hendak kusampaikan.
Tunggu jeda satu jam ya, lalu cek artikelku yang berikutnya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H