Akhirnya blogku kembali menerima kiriman cerpen. Niatnya menghargai para penulis, walau dengan harga sangat murah. Apalagi sekarang cerpen mulai ditinggalkan orang.
Ketika aku posting cerpen dan ikut blog walking, beberapa pembaca berkomentar, "Ah jadi rindu nulis cerpen!"
Ingat zaman-zaman nulis cerpen dulu.
Hebat, masih nulis cerpen!
Gak ada yang salah sih, mungkin memang kebutuhan pasar di dunia kepenulisan sedang tidak berpihak pada cerpen. Akan ada masanya, cerpen kembali dinanti-nanti. Mungkin seratus tahun lagi. Eh!
Jadi sebagai sumbangsih remehku di dunia sastra, maka kupersilakan siapa saja yang hendak membagi buah imajinasinya di "rumah maya"ku itu.
Kenapa? Karena aku muak dengan ending begini, yang sudah kutemukan sejak belasan tahun silam. Serius belasan tahun? Sangat serius!
Sejak awal mendirikan salah satu komunitas menulis di Jambi, dalam diskusi anggota, menerima naskah untuk buletin, menjadi juri lomba, dll, 70% cerpen yang masuk berakhir dengan tragedi kematian.
Lebih durhaka lagi, jika ditentukan tema ibu, maka 90% dari cerpen yang masuk akan mematikan ibunya di akhir cerita. Kalian jahat!
Beda kejadian jika tema cinta, kebanyakan penulis akan membuat penutup "bahagia selama-lamanya". Padahal sejak awal sudah bahagia. Yang cantik dan baik, akan berjodoh dengan yang ganteng dan mapan.