Ada berita menggelitik dari Jerman. Seorang wali kota di Distrik Berlin mengaku sengaja terinfeksi virus Corona agar memiliki kekebalan terhadap virus tersebut.
Niatnya sih baik, Stephan Von Dassel, sang wali kota, melakukannya agar bisa tetap bekerja di tengah pandemi. Ia sendiri tertular lewat pasangannya.
Kukutip dari kompas.com (8/4/20), Von Dassel yang mengklaim perbuatannya merupakan bentuk kontribusi untuk memutus rantai infeksi, akhirnya mengaku bahwa ia terlalu meremehkan virus Corona.
Ia berencana sakit selama tiga hari saja, lalu mendapatkan imunitas dan bisa bekerja lebih baik tanpa khawatir tertular. Nyatanya, Von Dassel merasa sakitnya lebih parah dari sekadar flu. Dan ia harus dikarantina lebih dari tiga hari.
Tadinya aku berpikir, dengan kepercayaan diri yang baik, besar kemungkinan wali kota jagoan ini akan sukses melewati masa sakitnya. Ketika sembuh, ia akan seperti trio jamu di suatu tempat. Jadi duta Covid. Kampanye, betapa mudah mengalahkan musuh kecil itu.
Kemudian kita makin yakin, bahwa virus yang konon ukurannya hanya 125 nanometer itu ternyata tak ada apa-apanya. Asal kita mampu bertahan meriang selama beberapa hari. Dan percaya diri!
Lalu kupikir-pikir kembali. Ia seorang wali kota, Mak! Pejabat, yang pasti kesembuhannya akan diupayakan habis-habisan oleh negaranya.
Bahkan tanpa jabatannya, ia lebih dari mampu untuk membeli vitamin kelas terbaik. Makan-makanan dengan gizi dan tingkat kebersihan terjamin. Lah kamu?
Kucari nama Stephan von Dassel di laman Wikipedia, ingin tahu berapa usianya. Ternyata Von Dassel lahir tahun 1967, berarti usianya 53 tahun. Usia yang cukup riskan.
Waktu kecil, dari salah satu artikel di Intisari, aku mendapat informasi bahwa pembaca kreatif adalah mereka yang terinspirasi setelah membaca sebuah tulisan. Mungkin aku tidak termasuk di antara yang kreatif itu.
Tapi aku sedang menganalisis. Jika Von Dassel berusia lebih dari 50, artinya ia punya nilai minus. Kelebihan yang ia punya adalah kelas ekonomi dan posisinya sebagai pejabat negara.