Aku punya kenalan, yang di sini kuberi nama Si Raja Panik. Waktu iparnya sedang di Jakarta, ia dapat kabar kalau di sana beras jadi barang langka. Maka segera ia memborong beras dan menyarankanku melakukan hal yang sama.
Karena isi rumahku hanya ada 4 orang, dan berasku memang tinggal setengah, jadi kusiapkan saja beras kemasan 10kg. Bukan sok-sok tenang, aku khawatir saat membeli banyak, ada yang melihat, lalu ikut panik.
Aku sangat percaya bahwa panik itu menular. Sama cepatnya dengan pergerakan virus Corona. Â Tapi santuy bablas pasti bukan jalan selamat juga.
Selang beberapa hari kemudian, salah seorang teman mengabari kalau cabai merah di daerahnya per kilo dihargai 100 ribu rupiah. Katanya gara-gara lockdown.
Maka segera saja, Si Raja Panik mengabari kami via WAG, dan secara tersirat berpesan agar memborong cabai untuk persediaan.
Aku bukan penggemar teori konspirasi, tapi bagiku kepanikan konyol model ini jika terendus para pedagang yang tak punya empati, akan menginspirasi mereka untuk menimbun produk dagangan.
Barang yang tadinya cukup, karena diborong oleh sebagian orang, membuat sebagian lain tak kebagian. Cabai sih remeh, tapi bagaimana jika terjadi dengan beras dan bahan pokok lainnya? Apa kabar mereka yang tanpa kenaikan harga saja sudah sulit membeli kebutuhan?Â
Syukur jika "hanya" naik harga, bagaimana jika benar-benar hilang dari peredaran? Menyelamatkan dapur sendiri tapi mengabaikan kebutuhan orang lain. Lagipula pemerintah sudah mengatakan tidak ada lockdown, dari mana pula kebijakan itu muncul?
Kemarin memang di pasar tradisional dekat rumah, cabai seperti hilang. Menurutku itu hanya karena waktu belanja kami yang terlambat. Toh besoknya cabai ada lagi, 28 ribu per kilonya. Memang mahal, tapi gak ada yang maksa beli kan?
Ketika Covid19 mewabah secara global, yang seharusnya dipikirkan adalah bagaimana memutus rantai penularan. Fokus pada virus, bukan semata soal makan!
Physical distancing diberlakukan untuk menyelamatkan jiwa manusia secara bersama. Menimbun makanan di rumah hanya akan menyelamatkan perutmu sendiri, tapi menzalimi orang lain yang juga butuh makanan itu.