Bulan lalu, muncul berita kebakaran lahan dari situs berita lokal. 1,5 hektar lahan terbakar di Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi. Tapi dari berita yang dibagikan salah satu redaktur itu, tidak disebutkan sebab kebakarannya. Pengin nanya, aku khawatir dijawab gara-gara api. Kan males.
Itu masih Februari. Biasanya pada April titik api mulai bermunculan. Diketahui lewat berita karhutla, bukan dari terlihatnya asap. Karena untuk wilayah kota, bisa dibilang cukup aman.
Selanjutnya tinggal kesigapan pemerintah. Konon, karhutla di 2015 lalu begitu menggila karena adanya penundaan pemadaman. Ada desas desus yang beredar, pilot ingin naik untuk menyiram, tapi masih menunggu titah pusat. Itu cerita yang beredar di WAG.
Tiga puluh tahun lebih hidup di Kota Jambi, kabut asap 2015 adalah bencana asap paling mengerikan yang pernah kualami. Mudah-mudahan tidak terulang lagi yang lebih buruk, atau yang lebih ringan sekalipun. Tapi sudah kejadian ding, 2019 kemarin.
Di 2015 lalu, bukan hanya asap yang masuk ke rumah, bahkan abu pembakaran berterbangan hingga ke dalam kamar. Bayangkan, piring di rak bisa penuh abu. Jangan tanya pakaian di jemuran.
Bencana kian parah karena kemarau panjang yang benar-benar menyiksa. Baru kali itu, sumur kami yang dalamnya 12 meter kehabisan air! PDAM hanya sesekali menyala, itu pun seringnya tengah malam.
Biasanya jika PDAM mengalami gangguan, tetangga akan berduyun-duyun meminta air di sumur kami. Alih-alih bisa berbagi, untuk kami sendiri pun nihil.
Tak hanya di luar rumah, di dalam pun orang-orang mesti menggunakan masker yang dibasahi, untuk mengurangi sesak karena abu yang berterbangan di depan mata membuat setiap orang makin tersugesti, apa yang terjadi dengan paru-paruku jika benda itu terhirup?
Meski demikian, ada satu hal positif yang bisa kuambil dari bencana kabut asap.
Biasanya jika musim hujan datang, aku paling sebal dengan urusan jemuran. Pakaian baru dijemur tahu-tahu hujan turun. Sedang diangkat, hujannya berhenti. Keluar rumah hari terik, dikira tidak hujan. Tahu-tahu hujan turun deras, jemuran kuyup di luar.