Barangkali ini adalah kelanjutan dari artikel sebelumnya, walaupun tidak kuniatkan demikian.
Ketika Mozza kami putuskan dikurung di kandang, aku merasa tak tahan setiap matanya menatap. Seolah minta tolong, minta dikasihani, dst. Siapa sih yang suka dikurung? Untunglah sekarang ia bebas. Mudah-mudahan aman terus bermain di luar. Aamiin.
Aku pernah menonton sebuah acara TV tentang hewan peliharaan, tapi lupa di mana dan apa nama acaranya. Padahal aku rutin loh nontonnya, yang jelas TV luar. Pembawa acaranya kurus, botak, bertato. Ada yang tahu?
Sekarang gak pernah nonton lagi, karena TV kabel kuputus. Sudah nyaman dengan Youtube.
Dalam salah satu episodenya, pembawa acara coba menyelesaikan kasus keributan antara anjing dan kucing di sebuah rumah. Akibat para anjing yang tak ramah, membuat kucing sering kabur, yang pada akhirnya menyebabkan tuan rumah saban sore dan malam keliling mencari peliharaannya.
Menurut skenario acara, tetangga dari pemilik anjing dan kucing yang mengadu pada tim, karena merasa terganggu dengan teriakan si tuan rumah tatkala memanggil-manggil nama kucingnya. Maka tim datang untuk membantu menyelesaikan.
Dari terapi menenangkan anjing, mendisiplinkan kucing, serta berbagai macam ilmu mengasuh hewan, bisa didapat dari tayangan ini. Dan yang paling membekas, adalah ketika si pembawa acara berkata, "Perlakukanlah mereka seperti keluargamu. Mereka bukan perabotan!"
Ucapan itu untuk menegaskan pada sang pemilik, sekaligus penonton, bahwa hewan juga punya perasaan. Mereka diadopsi bukan sebagai pajangan, sekadar untuk dilihat. Tapi juga dipahami rasa dan keinginannya, serta diperlakukan layaknya keluarga.
Rasanya aku boleh berbangga hati, karena sebelum menonton episode itu, kalimat yang nyaris sama telah kuucapkan pada suami ketika seseorang berniat mengadopsi salah satu kucing kami.
Namanya Mochi, kucing Persia berjenis kelamin betina, yang rencananya akan kami jodohkan dengan Mozza, anggora jantan kami.