Sedangkan virus Corona sendiri salah satunya juga menyerang pernapasan kan? Bukankah kremasi justru memperburuk keadaan?
Tulisan ini hampir pasti tidak akan dibaca oleh pejabat berwenang di Cina. Oleh warganetnya pun tidak. Aku hanya ingin berbagi cerita dan kegundahan.
Jika  jasad korban Corona dikuburkan, tidak hanya menghindari polusi udara, tanah pun bisa menjadi subur. Semoga mitos tanah kuburan, atau kuburan adalah wilayah angker tidak sampai ke Cina. Melihat kuburan itu bikin ingat mati, bukan ingat hantu!
Dikutip dari republika.co.id (18/12/17), ilmu kedokteran modern telah menetapkan bahwa tanah mengandung dua materi, yakni tetracycline dan tetarolite. Dua unsur ini digunakan untuk proses pembasmian (sterilisasi) beberapa kuman.
Bahkan pernah diadakan penelitian terhadap tanah kuburan. Di mana para peneliti mengira akan menemukan banyak kuman dari jasad yang dikuburkan. Hasilnya, mereka tidak menemukan bekas apa pun dari kuman penyakit yang menyebabkan kematian beberapa orang yang dimakamkan di kuburan tersebut.
Hal ini berkesesuaian dengan membersihkan najis anjing menggunakan tanah. Apa fungsi tanah padahal sudah ada air dan sabun? Ternyata tanah memiliki unsur yang cukup kuat untuk membunuh kuman.
Iya, nCoV-2019 yang kini telah berganti nama menjadi Covid-19 adalah virus, bukan kuman atau bakteri. Tapi virus butuh inang. Jika virus berada di luar sel hidup, maka ia akan mati.
Aku cukup egois ketika menulis artikel ini. Karena manfaatnya nyaris nihil bagi warga Cina, baik yang menderita Corona maupun yang masih sehat. Aku menulis bukan untuk memberi solusi pada pemerintah mereka, gak levelku. Tapi aku maksa menyelesaikan tulisan ini untuk melepas unek-unek di kepala. Setelah mengakhirinya, aku pun lega.
Terima kasih Kompasiana, sudah menjadi ruang pelampiasan!
Referensi