Menurut pengakuan teman-teman di luar, mereka pun demikian. Kalaupun memang ada kasus terkait SARA, umumnya ketika dicari kebenarannya hanya hoaks semata. Atau masalah kecil yang dibesar-besarkan.
Seperti saat ini. Di lingkungan rumahku, ada banyak suku dengan jumlah penganut Islam dan Kristen yang sepertinya sama banyak. Jika malam Jumat terdengar orang tahlil, malam Minggu biasanya ada saja yang kebaktian (atau apalah istilah untuk peribadahan Kaum Nasrani). Tidak satu pun di antara kami yang mendatangi lokasi keramaian lalu marah-marah menuntut pembubaran.
Terkenang pula masa SMA dulu. Setiap Desember kami bertandang ke rumah salah satu temanku yang Kristen. Mona namanya. Saking kami biasa ke sana, ia punya gelas khusus yang menurut pengakuannya tidak pernah dipakai penghuni rumah.
"Aku dak makan anjing samo babi. Tapi daripada kamu ragu, mending pake barang-barang ni bae," katanya sembari mengeluarkan perabot dari lemari buffetnya.
Kami yang Muslim tidak mewanti-wanti, pokoknya bertamu saja. Entah belajar bersama, entah dalam rangka natal atau apa pun. Tapi dia paham. Apakah toleransi seperti ini sudah pudar?
Kurasa tidak. Hanya saja, ada yang tidak mau melihat kita tenteram dan saling sayang. Indonesia harus gaduh! Jadi momen akhir tahun dibuatlah sebagai ajang keributan.
Padahal dari dulu kita tahu, dengan atau tanpa ucapan, yang merayakan natal ya tetap saja merayakan. Memangnya ada yang salah?
Selamat menikmati akhir tahun!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI