Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Para Penyebar Hoaks, Gila atau Tak Tahu Malu?

16 Desember 2019   15:43 Diperbarui: 16 Desember 2019   15:50 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah sejak lama aku ingin menganalisis, kepribadian macam apa yang membuat seseorang seolah hobi membagikan berita bohong ke khalayak?

Tapi belum lagi kesampaian, kejadian hari ini betul-betul membuat kegeramanku memuncak.

Padahal di tengah kejaran deadline yang membuatku nyaris tak beranjak dari depan laptop. Tapi apa daya, jengkelku sampai juga ke ubun-ubun.

Bagaimana tidak, dua video hoaks sebentar saja sudah bolak-balik beredar di grup WA. Dari satu grup, dikirim orang ke grup berikutnya, lalu kembali lagi ke grup semula. Saking semangat yang membagikan. Apa tidak ditonton dulu?

Atau kalau menonton, apa nalarnya tertinggal waktu video itu diputar?

Pertama tentang nasi yang digumpal-gumpal. Jelas dari dialog yang terdengar, orang dalam video berbicara bahasa Malaysia. Bahkan menyebut beli sekian ringgit untuk nasi itu. Berarti bukan di Indonesia.

Dalam video tersebut nasi yang digumpal hingga padat kemudian dilempar. Hasilnya, bola nasi itu memantul. Apakah itu lantas bukti bahwa nasi/berasnya terbuat dari plastik? Kenapa tidak dicoba sendiri untuk membuktikan. Tanam padi, jadi beras asli, masak, lalu dikepal-kepal. Apa iya tidak memantul?

Kemudian video berikutnya tentang bahan kimia serupa susu. Video itu sendiri bisu! Tidak ada percakapan di dalamnya. Tidak ada berita yang menyebutkan bahwa cairan itu masuk ke toko-toko kemudian ditelan seseorang. Kok bisa sih, ada caption seheboh itu.

Dan anehnya lagi, ada orang yang dengan suka cita, cepat luar biasa, membagikannya.

Padahal sangat gampang untuk mencari kebenarannya. Ini kali ketiga aku menulis tentang cara mencari tahu apakah sebuah berita benar adanya atau hoaks semata.

Cukup ketik kalimat kunci, lalu tambahkan kata hoax di belakangnya. Menurut KBBI, yang tepat "hoaks", tapi "hoax" lebih populer.

dokpri
dokpri
Seperti kasus beras plastik dan susu palsu di atas. Kuketik di Google "beras plastik hoax", maka muncullah bejibun artikel tentang beras plastik alias nasi memantul itu. 

Apa faktanya? Video itu sudah beredar lama, di beberapa artikel dijelaskan pula kenapa nasi bisa memantul (jadi kau, wahai penyebar hoaks, tak perlu tanam padi sendiri untuk membuktikan!), dan banyak lagi penjelasan lainnya.

Kemudian kembali ke laman Google. Kuketik "cairan kimia seperti susu hoax", lihat hasilnya!

dokpri
dokpri
Berapa berat sih mencari info remeh begitu? Tentu tidak lebih sulit dari asal membagikan. Dan bukan tidak pernah juga aku meng-counter orang-orang ini. Terlalu sering, sampai akunya bosan. Tapi mereka justru istikamah dengan kengawurannya.

Kalau memang tak punya waktu untuk mencari tahu (tapi selalu sempat membagikan tanpa cross check dulu), kuota ngepas sebatas untuk chatting, dan macam-macam alasan yang selalu ada untuk ngeles. Ya sudah, minimal belajar punya malu. Google itu pakai kecerdasan buatan, masak situ bisa kalah cerdas!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun