Kesimpulan awal saya adalah bahwa mas Yusri berhasil mengaburkan batas-batas realita, fakta, khayalan, dan mimpi yang dia alami dan lihat selama dia berpetualang menjadi tamu di Seoul saat dan kala itu--yang akhirnya berhasil dia tuangkan menjadi sebuah novel. Itulah uniknya.
Begini saja. Mas Yusri itu bukan dosen tamunya. Novel ini juga bukan berdasarkan pengalaman pribadinya, karena dia bukan seorang dosen tamu. Jadi, Pak Jagat itu bukan dan pasti bukan Mas Yusri. Ini bukan otobiografi kisahnya di Seoul. Jadi, tak mungkin dia mendasarkan jalan cerita di novel ini berdasarkan hidupnya.Â
Namun, yang pasti, saya tahu bahwa dia punya sabahat, teman, sekaligus mentor yang kebetulan menjadi dosen tamu di HUFS. Siapa pun yang kenal Mas Yusri Fajar, maka akan bisa menebak-nebak. Saya tak akan menuliskannya di sini siapa beliau yang dijadikan blueprint kasar tokoh Jagat karena lagi-lagi itulah uniknya novel ini.Â
Karena Pak Jagat bukanlah seseorang yang saya kenal walaupun sebenarnya saya rasa-rasanya kenal. Masih ingat kan tadi saya menulis bahwa Pak Musafir bertetanggaan dengan Pak Jagat di apartemen reot yang sama. Saya yang merasa seperti Pak Musafir saja juga antara kenal dan tidak, walaupun sama-sama di HUFS.
Jadi, selama saya membolak-balikkan halaman, saya seakan-akan merasa tahu dan kenal baik Pak Jagat tetapi setelah dipikir-pikir saya sebenarnya tidak begitu kenal juga karena kisah Pak Jagat adalah tokoh khayalannya Mas Yusri.Â
Namun, tokoh khayalan ini saya rasakan sebagai hasil dari gabungan dan gubahan dari berbagai persona-persona seorang akademisi Indonesia yang cinta pada Sastra Indonesia dan para pujangga dan sastrawan Indonesia.Â
Yang kebetulan dikisahkan menjadi dosen tamu di HUFS. Bahkan, mungkin mas Yusri juga sengaja menamainya Pak Jagat yang bisa dimaknai 'dunia luas' karena saking luasnya pengetahuan Pak Jagat tentang sastra Indonesia, Sastra dunia, dan seluk-beluknya.
Untuk itulah, saya mau tak mau kudu menuangkan perasaan saya di sini begitu saya merampungkan membaca novel ini. Â
Memang, kota Malang dan universitas asal Pak Jagat sebelum berangkat menjadi "tamu" di kota Seoul benar-benar jelas tergambarkan di dalam novel ini.Â
Jadi, banyak pembaca novel ini yang pasti kesimpulannya "mengerucut" bahwa sosok Pak Jagat ini adalah Pak A di universitas X di kota Malang.Â
Uniknya, semakin saya membaca dalam novel ini, saya tidak berani dan tak yakin bahwa Pak A di universitas X itu adalah Pak Jagat karena kepiawaian mas Yusri menjungkirbalikkan dan meramu semua faktor A sampai Z sehingga sosok pak Jagat ini menjadi sebuah tokoh yang memang pas ada dan hanya ada di novel-novel seperti ini.Â