Mohon tunggu...
A.SURAHMAN BHATARA
A.SURAHMAN BHATARA Mohon Tunggu... -

Staff Pengajar Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Menanti Program Kesehatan "DIA"

12 November 2014   07:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:01 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pelantikan Walikota & Wakil walikota Makassar pada tanggal 8 mei 2014 menjadi babak baru pemerintahan kota Makassar.Danny Pomanto dan Syamsu Rijal (DIA) akan memimpin kota Makassar 5 Tahun kedepan (2014-2019). Saatnyalah pasangan DIA membuktikan janji-janji politiknya saat melakukan kampanye. Banyak hal yang dijanjikan oleh pasangan DIA untuk menyelesaikan setiap persoalan kota, mulai dari membenahi lorong, transportasi(kemacetan), banjir, pendidikan, dan kesehatan (DP Care), dan lain-lain yang ujung daripada semua itu adalah kota Makassar sebagai kota Dunia. Tentu sebagai masyarakat, kita menunggu realisasi janji-janji tersebut.

Program DP Care

Dari sekian banyak persoalan di Kota Makassar ini, penulis menilai bahwa persoalan kesehatan warga harus menjadi salah satu skala prioritas. Pasangan DIA telah menjanjikan satu program yang di beri nama DP Care. Melalu program DP Care ini pasangan DIA menjanjikan bahwa dengan kartu DP Care masyarakat bisa menelpon langsung dokter dan dokter akan langsung datang memeriksa, dan kalau pasien harus dirujuk maka transportasi ke Rumah sakit akan ditanggung oleh program DP Care.

Menurut H.l Blum ada 4 hal yang mempengaruhi status kesehatan yaitu Perilaku, Lingkungan, genetik, dan pelayanan kesehatan. Menurut penulis DP Care hanya mencakup upaya pelayanan dan meringankan biaya itupun tidak menjamin kualitas pelayanan. Pertanyaan selanjutnya, apa langkah yang dilakukan oleh pasangan DIA terhadap performa pelayanan kesehatan mulai dari Puskesmas hingga Rumah sakit, Merubah perilaku hidup masyarakat, dan perbaikan kualitas lingkungan.

Sebagaimana tulisan penulisan sebelumnya (Kesehatan warga dan calon walikota, tribun timur 21 Februari 2013), bahwa 10 penyakit yang angka kejadiannya masih tinggi di Kota Makassar adalah, Infeksi saluran nafas bagian atas (ISPA) adalah 162.208, Batuk adalah 100.917, Dermatitis adalah 71.989, Demam yang tidak diketahui sebabnya adalah 65.882, Hipertensi Esensial (Primer) adalah 57.071, Infeksi saluran nafas bagian atas akut lainnya adalah 51.056, Gastritis adalah 46.939, Diare adalah 44.689, Influens adalah 44.104, Infeksi & jaringan subkutan/ploderma adalah 39.739, Jumlahnya keseluruhannya adalah 684.594.

Data Dinas Kesehatan Kota Makassar jumlah kasus HIV pada 2008 sebanyak 2.056. Pada 2009 menembus angka 2.372 atau mengalami  peningkatan sebanyak 316 kasus dan pada 2010 angka 2.711 orang, hingga tahun 2011 mencapai angka 4.018 orang. Belum lagi adanya keluhan pasien (Rosma) yang diterlantarkan selama 5 jam dipuskesmas kassi-kassi (tribun timur.com. 30/12/2012). Penanganan sampah yang masih bermasalah, ini kita lihat dari kondisi saluran pembuangan air limbah (SPAL) keluarga yang penuh dengan sampah, semua kanal yang ada di kota Makassar yang sangat kotor. Semua persoalan kesehatan ini membutuhkan penanganan yang serius dari pemerintah Kota Makassar.

Upaya preventif & Promotif

Berdasarkan fakta-fakta diatas maka program pasangan DIA yaitu DP Care tidak cukup untuk meyelesaikan problem kesehatan warga secara menyeluruh.Pembangunan kesehatan ke depan diarahkan pada peningkatan upaya promotif dan preventif, disamping peningkatan akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat, utamanya penduduk miskin dan sangat miskin. Peningkatan kesehatan masyarakat, meliputi upaya pencegahan penyakit menular ataupun tidak menular, dengan cara memperbaiki kesehatan lingkungan, gizi, perilaku dan kewaspadaan dini. Pemerintah kota Makaassar kedepannya harus melakukan dan mendukung reformasi kesehatan dengan mengubah paradigma masyarakat terhadap kesehatan yang selama ini diartikan pengobatan (kuratif), diubah menjadi lebih baik mencegah daripada mengobat, sehat itu indah dan sehat itu gratis. Sehat secara gratis itu hanya ditujukan bagi penduduk yang tidak mampu, yang miskin, dan sangat miskin.

Intervensi perilaku juga harus digalakkan, agar masyarakat lebih sadar, mau dan mampu melakukan hidup sehat sebagai prasyarat pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Masyarakat harus dibekali dengan pengetahuan tentang cara-cara hidup sehat hal ini menjadikan masyarakat mampu hidup sehat dan produktif. Maka dari itu promosi kesehatan hendaknya dapat berjalan secara integral dengan berbagai aktivitas pembangunan kesehatan sehingga menjadi arus utama pada percepatan pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) dan mewujudkan jaminan kesehatan masyarakat semesta (universal coverage) melalui program BPJS Kesehatan.

Promosi kesehatan sebagai suatu pendekatan yang efektif sejalan dengan pembaharuan pelayanan kesehatan dasar yaitu pertama, tujuan pembangunan kesehatan diasosiasikan dengan penurunan angka kematian dan angka kesakitan. Kedua, promosi kesehatan untuk menangkal isu ketidak-adilan distribusi kesehatan yang disebabkan oleh gender, pendidikan, pekerjaan, sosial budaya, tingkat penghasilan, dan lain-lain. Pemerintah kota juga perlu meningkatkan kemitraan dan kerjasama multi sektor termasuk swasta dalam melaksanakan pembangunan berwawasan sehat. Jika kebijakan pembangunan kota Makassar berwawasan sehat maka ini menjadi salah satu pilar yang kuat untuk mewujudkan kota Makassar sebagai sebagai kota yang berkelas Dunia dalam kesehatan di sebut Healthy City. (Wallahu A’lam bissawab)

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun