Mohon tunggu...
A.SURAHMAN BHATARA
A.SURAHMAN BHATARA Mohon Tunggu... -

Staff Pengajar Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

SBY dan Gelar Bangsawan Luwu

12 November 2014   07:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:01 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sulawesi selatan kedatangan pemimpin Negara, pemimpin yang tak lama lagi menanggalkan jabatannya. Pemimpin itu adalah Presiden RI Susilo Bambang Yudhyono. Kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atau biasa di sebut SBY ke Sulawesi selatan banyak pihak menganggap sebagai bagian dari safari politik SBY di sulsel. Salah satuyang dia kunjungi adalah istana datu Luwu, hari jumat tanggal 2 februari 2014. Sebagai tuan rumah datu luwu menjamu SBY dengan prosesi adat dan penganugerahan gelar “anakaji To Appamonang ri Luwu”, gelar ini bermakna SBY adalah pangeran mulia dan pengangkat martabat di Luwu. Tentu pemberian gelar itu adalah hak sepenuhnya dari datu luwu, namun apakah pantas gelar itu diberikan ke SBY?. Apakah SBY sebagai Presiden telah mengangkat harkat martabat Luwu (rakyat tanah luwu)?.

Jangan Lupakan Perjuangan Andi Djemma

Salahsatu perjuangan yang selalu di dengungkan oleh sebagian besar rakyat tanah luwu adalah pembentukan provinsi Luwu, rakya Luwu menginginkan daerah otonom sendiri diluar Sulawesi selatan. Dan ternyata perjuangan tersebut bukanlah perjuangan baru, perjuangan tersebut diawali oleh Andi Djemma. Andi djemma yang pada saat itu sebagai Datu Luwu pada tahun 1958 menemui Presiden RI meminta Luwu dijadikan sebagai Daerah Istimewa setingkat provinsi. Pada saat itu Presiden Soekarno merestui permintaan Datu Luwu Andi Djemma, namun karena situasi keamanan Sulawesi selatan dan tenggarayang tidak kondusif sehingga daerah istimewa setingkat provinsi itu tak kunjung terwujud, hingga Andi Djemma wafat pada tahun 1965 (Media Gema Luwu Raya).

Permintaan Andi Djemma sangatlah wajar karena Luwu adalah kerajaan pertama di Indonesia yang mendukung proklamasi kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945, itu ditandai dengan Andi Djemma membentuk Gerakan “Soekarno Muda” pada tanggal 18 Agustus 1945. Dan beliau memimpin pertempuran melawan NICA pada tanggal 23 Januari 1946 di Kota Palopo, hingga beliau meninggalkan istana dan bergerilya bersama rakyat, meninggal harta bendanya, demi kemerdekaan bangsa. Seperti penyataan Andi Djemma yang dikutip dari buku Andi Djemma Datu Luwu; Tahta bagi Republik, “Saya tidak rela meninggalkan istana dan semua kekayaan saya apabila saya tidak rela sehidup semati dengan anak-anakku, dan saya bersedia tunduk diatas telunjuk anak-anakku kemanapun aku dibawanya”. Sebagai pemimpin Andi Djemma telah menunjukkan dirinya sebagai pemimpin sejati, pemimpin yang rela berkorban untuk kepentingan rakyatnya.

Hingga saat ini spirit perjuangan itu terus berlanjut, para tokoh masyarakat, pemuda, mahasiswa senantiasa menyuarakan pembentukan provinsi Luwu. Demonstrasi mahasiswa asal Luwu di Makassar sudah sangat sering dilakukan dalam menyuarakan pembentukan provinsi Luwu. Bahkan menjelang pesta demokrasi tanggal 9 april 2014 beberapa calon legislatif menjadikannya sebagai “jualan” politik. Sehingga tidaklah berlebihan jikalau saya menganggapnya sebagai cita-cita suci rakyat tanah Luwu dan juga merupakan harkat martabat rakyat Luwu.

Utang Negara

Sebagai tuan rumah Pihak Istana Luwu sudah sangat baik menyambut kehadiran pemimpin Negara, namun itu hanya seremoni yang hanya menjadi kisah bahwa SBY pernah ke Istana Luwu. Kisah yang tak bernilai apa-apa bagi perjuangan rakyat Luwu. Dengan kedatangan SBY ke Istana Luwu, harusnya menjadi momentum bagi Datu Luwu untuk menyampaikan beberapa hal terkait dengan kepentingan rakyat tanah Luwu. Tidak semata-mata hanya prosesi adat penganugerahan gelar adat semata. Perjalanan panjang perjuangan rakyat Luwu yang diawali oleh Andi Djemma untuk mewujudkan provinsi Luwu harusnya menjadi agenda pembicaraan antara Datu Luwu dan SBY. Seharusnya Datu Luwu mengingatkan SBY bahwa Negara ini masih memiliki utang terhadap rakyat tanah Luwu. Utang itu hukumnya wajib untuk dibayar…(Wallahu A’lam Bissawab)

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun