Sejak dari SD hingga SMA, mungkin juga saat kuliah, kita selalu diingatkan dan disadarkan tentang pentingnya mengenang dan menghargai jasa-jasa para pejuang kemerdekaan bangsa Indonesia yang telah berkorban harta, bahkan jiwa dan raga. Para pejuang dengan ikhlas berkorban demi kemerdekaan bangsa dari cengkraman para penjajah di bumi Indonesia. Meraih kemerdekaan adalah tujuan utama mereka, demi kehidupan bangsa dan negara Indonesia yang lebih baik di masa yang akan datang.
Setelah kemerdekaan dapat diraih dan kehidupan bangsa Indonesia pun mulai membaik hingga saat ini, tetapi apakah kehidupan para pejuang dan janda-janda pejuang yang masih hidup dapat menikmati hasil perjuangannya dengan baik pula? Jawabannya belum. Mengapa demikian? Karena hingga saat ini mereka hanya sebatas dikenang dan dihargai, namun kehidupan keseharian mereka amat memperihatinkan. Berbagai gelar dan penghargaan, seperti gelar veteran pejuang hingga penghargaan tanda jasa lainnya, tentunya bukanlah keinginan dan harapan mereka karena mereka berjuang dengan ikhlas dengan keringat dan tetes darah serta nyawa. Akan tetapi, layakkah sebagai pejuang bangsa hanya sekadar dihargai oleh penerus bangsa, sementara mereka dibiarkan dalam kesulitan ekonomi, kemiskinan menjalani kehidupannya?
Setelah bertahun-tahun berjuang memerdekakan negeri ini, sekarang mantan para pejuang dan janda-janda para pejuang kembali berjuang untuk memerdekaan dirinya dari kesulitan hidup. Pantaskah keadaan ini diterima oleh orang-orang yang telah memerdekakan negeri ini? Layaknya, kehidupan mereka saat ini ditanggung oleh negara karena merekalah yang memperjuangkan berdirinya negara ini.
Terkadang, sangat miris rasanya jika kita bandingkan dengan kehidupan para pejabat negeri ini, yang hidup lebih dari kata cukup serta memperoleh pasilitas dari negara.Padahal, para pejabat tersebut tidak akan dalam kehidupan yang layak jika kemerdekaan tidak diperjuangkan oleh para pejuang bangsa ini. Semestinya, para pejuang dan janda-janda pejuang pun disejahterakan oleh negara, bukan hanya pemberian “sekadar”. Sekadar dihargai dengan beberapa ratus ribu rupiah, tetapi tidak disejahterakan atau ditanggung kehidupannya dengan layak.
Menyibak kisah belum sejahteranya kehidupan para pejuang kemerdekaan ini, mungkin tidak akan selesai jika pemerintah tidak peduli dan tidak berkeinginan menyejaterakannya. Selain itu, tugas menyejahterakan para pejuang ini pun bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga para donatur yang berasal dari para pengusaha yang hidup berkecukupan.
Selamat hari Pahlawan, 11 November 2011, semoga kehidupan pejuang dan para jandanya lebih baik lagi....Semoga..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H