Saya terpaksa menulis cerita ini karena kesan pertama saya yang luar biasa bertemu dengan sosok pejabat tinggi yang selama ini sangat di segani di DKI Jakarta karena sifatnya yang tegas dan pekerja keras.
Rabu, 23 September 2015 tepat adzan berkumandang saya sampai di balai rakyat. Usai sholat ashar saya menuju ke lantai 17 untuk menemui Bapak Lasro Marbun yang menjabat sebagai kepala inspektorat untuk meminta solusi atas permasalahan yang saya hadapi. Bisik-bisik tetangga, ia masih tetap melayani tamu meskipun jam kerja telah usai . Saya juga harus melaksanakan tugas, jadi memang bisa menyelesaikan urusan pribadi saya usai jam kerja berakhir. Bercampur aduk perasaan dalam hati saya, namun hati saya tetap berkata “ saya harus bertemu dengan beliau” agar saya tidak menyesal di kemudian hari.
Sesampainya di lantai 17, saya bertemu security yang bertugas. Setelah mengutarakan permasalahan saya, petugas bilang bahwa” Bapak sedang memimpin rapat, belum tahu selesai jam berapa”. Saya dipersilahkan mengisi buku tamu dan menunggu diruangan yang telah disediakan. Namun saya memilih untuk menunggu di bawah karena ruang tunggu terlihat sepi. Tak satupun orang di ruang itu.
Saya memilih duduk di taman depan yang menghadap ke pintu keluar. Mengingat jam kerja PNS sudah berakhir, satu persatu mereka meninggalkan gedung nan megah ini. Mobil-mobil mewah bergantian parkir menjemput sang majikan di depan pintu keluar. (deg-degan juga, mungkin diantaranya ada mobil orang yang saya tunggu-tunggu). Tak berasa, Jam tangan menunnjukkan pukul 17.20 WIB. Saya naik ke lantai 17 lagi. Dari petugas yang sama saya mendapatkan info, rapat belum selesai. Sayapun turun ke bawah untuk membeli minuman , karena sudah mendekati waktu buka puasa. Lift penuh sesak dengan pegawai yang ingin segera sampai ke rumah, apalagi besok sudah idul adha. Mereka pasti ingin memperiapkan segala sesuatunya di rumah.
Usai membeli minuman, saya berniat kembali ke lantai 17. Halaman dan parkiran mulai sepi. Saya menelusuri jalan dengan teman sekantor saya, berharap masih bisa bertemu dengan beliau. Dari jauh, saya melihat sosok yang berjalan menuju kantor gubernur mirip Bapak Lasro Marbun ( he…he….soalnya saya hanya melihat foto-fotonya tapi belum pernah bertemu langsung dengannya) berjalan berlawanan arah dengan saya. Kami berjalan berlahan, ragu untuk menyapanya, karena adzan magrib telah berkumandang dan terlihat ia sedang terburu-buru.
Saya pasrah, harapan untuk bertemu beliau terlewatkan. Saya bilang ke teman saya “ Jangan ditegur ah, lain waktu saja kita ke sini lagi. Ga enak sudah magrib apalagi bertemu di jalanan. Anggap saja belum rezeki”.
Mungkin Pak Lasro memperhatikan kami berdua yang melangkah ragu-ragu dan masih mengenakan seragam instansi tempat kami bekerja. Beliaupun berteriak kearah kami sambil melambaikan tangannya “ Ayak naon bro….ayak naon?” sapanya ramah. Mendapat angin segar, sayapun tak mau membuang kesempatan itu. Tanpa berpikir lagi, kami langsung menghampirinya.
Hemmm…….sosok yang begitu ramah dan bijaksana. Setelah saya mengutarakan permasalahan saya, saya pikir beliau akan marah, justru sebaliknya. Kami disuruh menunggu sebentar dan duduk di teras kantor gubernur karena beliau akan mengantar sesuatu ke ruang gubernur. Saat beliau kembali, ia dengan ramah melayani kami. Dengan sabar ia menjawab pertanyaan-pertanyaan saya. Solusi yang ia berikan juga sangat bijaksana sekali. Ia juga memotivasi saya untuk tetap berusaha," kesempatan masih terbentang luas . Yang penting mau usaha" kataya.
Kesan yang begitu sederhana dari salah satu orang pentinggi di DKI ini, dimana saat saya menunggu di taman kota tadi saya mengamati beberapa mobil mewah yang menunggu pemiliknya diteras balai kota dan supirnya yang tergopoh-gopoh turun dari mobil ketika majikannya keluar ruangan. Menjemput dan menjinjing tas dan barang-barang lainnya. Justru Pak Lasro menuju ke tempat parkiran, menghampiri supirnya, dan mobil yang dipakainya juga sangat dibilang sangat standar sekali untuk ukuran pejabat seperti beliau. Dan yang paling membuat saya terkesan “bukan mobil dinas pejabat”. Sosok yang sangat luar biasa menurut kaca mata saya.
Sepanjang perjalanan pulang, saya merasa terinspirasi dari penampilan beliau. Kesederhanaan yang ada pada dirinya justru menimbulkan kewibawaan yang luar biasa. Prestasi lebih penting daripada sekedar gengsi dan penampilan. Saya sangat salut dengan bapak, tidak salah jika bapak yang dikenal sebagai pekerja keras dan sangat diperhitungkan kinerjanya di jajaran pejabat DKI sekarang ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H