Poligami dan Perkembangannya
Salah satu asumsi yang terbawa saat ke Madinah yaitu bahwa orang arab itu suka poligami. Asumsi itu bukan tanpa dasar, karena sejarah dan fakta yang terbaca.
Asumsi itu mencoba untuk dibuktikan dengan bertanya kepada para syekh yang mengajar di kelas dauroh tokoh di Madinah. Bertanya dengan nada serius dan sekedar bertanya.
Perlu diketahui sistem dauroh tokoh setiap pekan diajar oleh dua syekh, pekan berikutnya dua syekh yang berbeda dengan materi yang berbeda pula.
Hari demi hari, pekan demi pekan sampai pekan ketiga, setiap syekh yang mengajar pasti ta'aruf dan isi perkenalan bukan sekedar nama dan pendidikan tapi juga istri. Ternyata tidak ada para syekh yang istrinya lebih dari satu atau tidak ada yang poligami.
Alasannya ada syekh yang merasa cukup dengan merasa satu istri atau muwahiddin asal kata wahid artinya tunggal, ada syekh yang menjawab budaya Arab dulu dan sekarang berbeda. Ada mengatakan syekh termasuk khaaifin atau orang orang yang takut artinya takut untuk tidak bisa adil dalam poligami.
Memasuki pekan keempat atau pekan terakhir datang seorang syekh yang tinggi besar. Saat mengajar sangat berwibawa dan beliau dengan percaya diri mengatakan bahwa istrinya empat. Semua peserta tersentak kaget dan serius untuk bertanya alasan dan tipsnya.
Syekh Said abu tsabit namanya menyampaikan argumennya. Hak laki laki memang 4 istri, itu tercantum jelas dalam surat an Nisa'.
Kemudian beliau ingin menggembirakan Rasulullah karena dalam hadist dikatakan Rasul bangga dengan umatnya yg banyak. Anak syekh sekarang ada 32, belum dihitung cucunya. kami semua hanya bengong mendengarkannya.
Selanjutnya tips untuk sukses poligami, selain adil harus kuat fisiknya untuk hak biologis istri istrinya dan kuat uangnya untuk kebutuhan material istri n anak anaknya. Subhanallah
Ini sekedar resume, untuk pembaca silahkan menyimpulkan dan menyikapi sesuai dengan pemahaman dan kekuatannya.