Mohon tunggu...
Stevan Manihuruk
Stevan Manihuruk Mohon Tunggu... Penulis - ASN

Buruh negara yang suka ngomongin politik (dan) uang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perencanaan Pernikahan untuk Masa Depan

29 Agustus 2016   08:45 Diperbarui: 29 Agustus 2016   08:49 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Perencanaan merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan. Mengerjakan apapun untuk mencapai hasil yang maksimal diperlukan perencanaan. Dalam perencanaan akan dikaji secara mendalam berbagai potensi maupun kendala yang mungkin dihadapi.

Perencanaan dibutuhkan untuk mengantisipasi dan meminimalisir risiko kegagalan sekaligus memaksimalkan seluruh potensi yang ada. Sehingga ada pepatah yang mengatakan; kegagalan merencanakan sama dengan merencanakan kegagalan.  

Untuk sesuatu hal yang sangat sakral dan penting yaitu pernikahan pun tentu sama. Perencanaan sangat dibutuhkan agar tidak timbul penyesalan apalagi kegagalan. Memang tidak ada jaminan perencanaan yang matang akan menjamin keberhasilan karena yang terpenting adalah saat menjalaninya. Namun, perencanaan yang matang akan menjadi modal berharga untuk mencapai keberhasilan.

Usia akan menikah

Lalu, apa yang perlu direncanakan sebelum menikah ?. Jawabannya; banyak hal dan pasti berbeda-beda yang dialami satu pasangan dengan pasangan lainnya. Untuk pasangan yang berbeda domisili karena alasan pekerjaan, tentu harus segera diputuskan memilih satu tempat bersama atau mungkin sepakat tetap tinggal berjauhan untuk sementara waktu. Lebih rumit lagi misalnya untuk pasangan yang berbeda suku atau agama. Perlu perencanaan dan pemikiran yang matang sebelum mengambil keputusan.

Usia menjadi salah satu faktor yang sangat penting menjadi bahan pertimbangan saat merencanakan untuk menikah. Semua orang barangkali ingin menikah pada usia yang ideal. Meski faktanya tak sedikit pasangan yang harus menikah pada usia dini serta cukup banyak pula pasangan yang menikah saat sudah “lewat” usia.                      

Pasangan yang sudah berencana untuk menikah harus mempertimbangkan hal ini dengan matang. Keduanya harus sudah berkomunikasi, sepakat dan punya target usia yang dipilih untuk melepas masa lajang. Dengan demikian, hubungan yang terjalin sudah memiliki tujuan yang jelas.

Selain kesepakatan berdua, saran/masukan dari pihak keluarga atau teman juga perlu didengarkan. Saya mengalaminya sendiri, masukan dari “pihak ketiga” ternyata sangat berharga dan memotivasi kita. Misalnya pandangan hidup atau pengalaman yang sudah mereka alami sendiri bisa menjadi pelajaran buat kita.

Menentukan usia ideal untuk menikah harus benar-benar dipertimbangkan secara bijak. Tak perlu berlama-lama menunda namun jangan pula tergesa-gesa. Menikah di usia “muda” atau “dewasa” merupakan pilihan masing-masing. Namun yang paling baik dan bijak tentu saja menikah di usia ideal.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyosialisasikan usia ideal untuk menikah yaitu di atas 20 tahun untuk perempuan dan di atas 25 tahun untuk laki-laki. Ini tentu sudah berdasarkan kajian mendalam dengan mempertimbangkan banyak aspek misalnya kesehatan reproduksi, kesiapan mental, dan lain sebagainya.

Tepatnya usia ideal dimaksud lagi-lagi bergantung pada hasil komunikasi dan kesepakatan pasangan yang akan menikah. Salah satu kriteria idealnya tentu saja tidak lebih rendah dari batas minimum usia, sebagaimana disebutkan BKKBN diatas. Memang, pasangan yang menikah usia dini pun sebenarnya sudah ada yang bisa menghasilkan keturunan. Namun fakta menunjukkan, banyak pasangan menikah usia dini tersebut yang akhirnya stres, tidak siap dengan status baru sebagai orangtua, bertengkar, hingga akhirnya ada yang bercerai. Inilah yang menyebabkan pernikahan usia dini sangat tidak dianjurkan.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun