Tanpa pikir panjang, tentu saja saya langsung mengiyakan. Kapan lagi tulisan dan tentunya nama saya bisa muncul di sebuah buku?
Lain waktu saya juga pernah membuat satu artikel di Kompasiana yang diikutsertakan dalam sebuah lomba yang diselenggarakan oleh KemenKominfo dalam rangka menyambut penyelenggaraan Asian Games 2018.
Tulisan itu ternyata mendapat apresiasi dan saya berhak berangkat ke Jakarta dan menyaksikan langsung pembukaan Asian Games di stadion Gelora Bung Karno. Seluruh biaya selama 3 hari disana tentu saja ditanggung panitia, termasuk uang saku yang dibagikan ke peserta.
Saya masih ingat nominal harga tiket yang harus dibayar agar bisa menyaksikan langsung acara pembukaan Asian Games itu adalah sebesar lima juta rupiah. Atau hampir setara biaya 2 bulan angsuran KPR yang saat itu sedang saya jalani. Â Â Â
Saya tak menyangka tulisan sederhana yang terpaksa saya buat dengan sistem kebut semalam itu, karena terlambat mendapat informasi lomba tersebut, akhirnya membawa saya pada satu momen bersejarah yang takkan mungkin bisa terlupa.
Ada lagi momen ketika saya menulis artikel untuk mengenang mantan Hakim Agung, Syafiuddin Kartasasmita yang tewas dibunuh karena kegigihannya dalam menegakkan hukum dan melawan korupsi. Â
Beberapa waktu kemudian ada yang berkirim pesan pendek via Whatsapp dan mengaku sebagai keponakan Sang Hakim Agung. Ia menyampaikan apresiasi sekaligus salam hangat dari pihak keluarga.
Itu beberapa kejutan menyenangkan yang saya ingat dan pernah alami ketika menekuni dunia menulis. Saya yakin banyak penulis juga sudah pernah mengalami hal-hal yang mirip atau bahkan nyaris serupa.
Penulis memang takkan pernah tahu kapan datangnya kejutan itu karena tugas penulis hanyalah terus bersemangat menulis sebanyak-banyaknya dan sebaik-baiknya.
Sementara itu tulisan yang sudah dibuat biarkan saja menemukan rahasia dan jalannya masing-masing. Bukankah justru itu yang membuat efek dan nilai kejutannya nanti menjadi terasa semakin menyenangkan? Â Â