Kabupaten Kerinci, provinsi Jambi punya banyak destinasi wisata yang menjadi tujuan wisatawan domestik dan asing. Gunung, bukit, danau, air terjun, air panas, pantai, hingga daerah perkebunan teh ada di Kerinci. Namun ada satu desa yang cukup terkenal bernama Desa Lempur.
Desa yang memiliki 5 (lima) danau ini ditetapkan sebagai satu-satunya desa terpadu di Kerinci. Tahun 2015, Lempur juga pernah mendapat Kalpataru. Tapi siapa sangka, warga setempat justru meyakini satu cerita rakyat yang terbilang cukup tragis namun disebut-sebut sebagai asal-usul dan sejarah desa.
***
Alkisah hiduplah Raja Pamuncak Tanjung Sari yang memiliki seorang putri nan cantik jelita bernama Puti Ayu Maryam. Kecantikannya melebihi siapapun gadis remaja yang ada di kerajaan itu. Namun sayang, elok paras tak seelok budinya. Puti sering melawan perintah orangtua, terkhusus ibunya.
Suatu ketika, Puti Ayu bersama ibunya ikut berangkat untuk merayakan pesta panen. Setiba di tempat, Puti Ayu girang bukan kepalang. Ia bertemu dengan banyak teman sebaya. Ia langsung membayangkan bisa bermain sepuasnya.
Acara perayaan pun digelar. Semua bersukaria. Hari beranjak malam, namun kemeriahan pesta terus berlangsung. Puti Ayu bersama teman-temannya terus asyik bermain. Ibunya yang merasa waktu bermain sudah cukup, kemudian memanggilnya.
Berulangkali ibunya memanggil, tapi Puti Ayu tidak menyahut. Ia malah terus berlari, bermain bersama teman-temannya.
"Siapa sebenarnya ibu tua itu?." Seorang teman Puti Ayu tiba-tiba bertanya, saat mereka sedang berjalan.
"Dia pembantuku." Puti menjawab asal. Tak disangka suara Puti Ayu ternyata didengar oleh ibunya yang sontak merasa terkejut, sedih, serta tidak menyangka putri yang sangat dikasihinya tega berkata seperti itu. Sepanjang jalan, ibunya terus berdoa di dalam hati memohon kesabaran dari Sang Pencipta. Perkataan Puti Ayu terus terngiang di telinganya.
Hari ketiga, hari terakhir perayaan pesta panen. Keesokan harinya para tamu undangan, termasuk Puti Ayu dan ibunya beranjak pulang ke tempat asalnya masing-masing. Ibunya berjalan di depan, Puti Ayu mengiring di belakang. Di tengah perjalanan, tiba-tiba seseorang kembali bertanya pada Puti Ayu.
"Hei,, Puti Ayu. Ibu tua yang bersama denganmu itu, ibumu kan?."