Wakil Presiden Iran, Perdana Menteri Monaco, Pangeran Monaco, Perdana Menteri Rusia, Perdana Menteri Inggris, Perdana Menteri Armenia, Presiden Honduras, Presiden Brazil, dan tentu saja Presiden negara adidaya Amerika Serikat.
Terbukti bahwa virus ini memang tak pandang bulu atau memilih-milih korban. Ia bisa menulari siapa saja, bahkan pemimpin tertinggi sebuah negara sekalipun. Virus yang memang tak kasat mata sangat mampu untuk menembus barisan pertahanan keamanan super berlapis yang biasanya selalu ada untuk melindungi seorang kepala negara.
Dari sisi kesehatan/keselamatan warga sudah jelas. Pemerintah terlihat masih gamang untuk menentukan langkah dalam penanganan wabah. Di sisi lain, kebanyakan warga pun terlihat semakin bandel dan tak peduli dengan berbagai anjuran pemerintah. Lihat saja sekeliling kita, seberapa banyak yang masih setia, peduli dan patuh terhadap anjuran protokol kesehatan?
Pada kondisi seperti ini, kita juga akan menghadapi hajatan besar Pilkada serentak yang akan digelar 9 Desember nanti. Sebelumnya, media sudah melaporkan banyak petugas penyelenggara bahkan kandidat yang sudah terpapar virus.
Dari sisi ekonomi, sama saja. Dana triliunan rupiah sudah dikucurkan pemerintah guna meredam dampak pandemi saat ini. Faktanya, itu tak bisa menyelamatkan Indonesia dari jurang resesi. Dan tentunya, kita belum tahu, kapan negara ini akan pulih dan bebas dari resesi?Â
Lebih memiriskan lagi, dana yang sudah disiapkan pemerintah pun konon masih belum bisa diserap secara optimal. Sementara, tahun anggaran hanya menyisakan waktu efektif satu bulan. Saya kira, bukan tidak mungkin ini menjadi salah satu pertimbangan sehingga pemerintah memutuskan untuk memangkas agenda cuti bersama akhir tahun.Â
Regulasi Cipta kerja yang digadang-gadang bertujuan untuk membuka lapangan kerja seluas-luasnya justru menuai kontra dan penolakan secara meluas. Bukan sekadar prosesnya yang terkesan terburu-buru, melainkan juga terkait substansinya yang masih dipertanyakan dan dianggap hanya akan menguntungkan sebagian kalangan saja. Gelombang penolakan terhadap UU ini masih terus terjadi bahkan meluas di berbagai daerah.Â
Dari sisi stabilitas keamanan nasional juga bukan tanpa masalah. Dari Sigi, tiba-tiba saja kita mendengar tragedi bernuansa intoleransi. Ada 7 rumah dan gereja dibakar, 4 orang tewas mengenaskan dengan cara dipenggal.Â
Pelakunya, hampir dapat dipastikan terlibat dalam jaringan teroris yang memang punya agenda menebarkan permusuhan, ketakutan, dan kebencian diantara sesama anak bangsa.
Selanjutnya, ketika kita berharap para pembantu Presiden bisa saling mendukung dan bekerja optimal guna menuntaskan agenda-agenda besar pemerintah, Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) justru ditangkap KPK dalam dugaan kasus korupsi.