Teror bom yang terjadi di Surabaya semestinya mengusik rasa kemanusiaan kita sebagai makhluk sosial. Teror bom sudah merenggut nyawa manusia, termasuk anak-anak, tepat ketika mereka sedang bersiap ingin beribadah menyembah Sang Pencipta. Â Â Â
Saya sepakat dengan berbagai pernyataan bahwa tak ada satu agama pun di muka bumi ini yang mendukung apalagi mengajarkan terorisme. Aksi terorisme hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang telah buta akal dan mata hatinya.
Pasca kejadian, kita menyaksikan banyak ungkapan kesedihan sekaligus kegeraman yang berdatangan menandakan aksi teror itu memang tak bisa lagi ditolerir dengan alasan apapun. Harapan dan doa dipanjatkan untuk memberi kekuatan pada para keluarga korban.
Ada juga seruan-seruan agar kita tetap bersatu dan tidak mudah terprovokasi atas peristiwa yang terjadi. Pemerintah juga didesak agar segera melakukan langkah-langkah tegas sekaligus upaya pencegahan agar kejadian serupa tak terjadi lagi.
Maka, ada kekecewaan mendalam saat membaca komentar beberapa politisi saat menanggapi teror bom ini. Saya contohkan dua saja. Fadli Zon dan Ruhut Sitompul.
Fadli Zon dalam kicauannya di twitter justru terkesan memanfaatkan peristiwa ini sebagai kesempatan untuk "menyerang" pemerintah. Salah satu cuitannya berbunyi demikian, "Terorisme biasanya bkembang di negara yg lemah pemimpinnya, mudah diintervensi, byk kemiskinan n ketimpangan dan ketidakadilan yg nyata" Â
Dari tujuh poin kicauannya, saya menilai, praktis hanya satu cuitan yang simpatik yaitu ketika ia menyatakan turut mengutuk aksi teror yang terjadi serta ucapan turut berduka pada korban. Sementara sisanya lebih bernilai "serangan" ke pemerintah.
Hampir sama dengan Ruhut Sitompul. Politisi ini menulis, "Walau teror BOM yg kalian lakukan Sangat Biadab di Beberapa Gereja di Surabaya, "Mengakibatkan Korban Orang tidak Berdosa Anak Kecilpun menjadi Korban, Ingat Kami Rakyat Indonesia Tidak pernah Takut" Para Pendukung Pelaku Teror terlihat Semakin Takut Pak JOKOWI 2 Priode MERDEKA".    Â
Tak pelak lagi, cuitan mereka langsung ditanggapi secara negatif oleh kebanyakan netizen. Mereka dinilai tak memiliki rasa empati dan justru memanfaatkan peristiwa yang terjadi demi kepentingan aspirasi politiknya.
Jangan lupa, pada peristiwa kerusuhan di rutan Salemba Mako Brimob kemarin pun, beberapa komentar politisi termasuk tokoh publik juga sebenarnya sangat tindak pantas diucapkan. Bayangkan, ada tudingan bahwa peristiwa kerusuhan itu sebagai upaya pengalihan isu dan skenario. Ada pula yang mengaitkan kerusuhan itu dengan Ahok.
Saya kira, daripada memberikan komentar yang tak pantas seperti itu, sepertinya lebih baik mereka tak perlu memberikan komentar sama sekali. Bukannya mendamaikan suasana dan membangkitkan semangat dan optimisme, mereka malah membuat situasi kian runyam. Sungguh percuma.