Mahathir Mohamad tak menunggu lama untuk segera melakukan gebrakan. Setelah resmi dilantik sebagai Perdana Menteri (PM) Malaysia, beberapa langkah strategis langsung diambilnya sebagai realisasi janji-janji yang pernah diucapkan.
Satu hal paling menonjol adalah dalam hal pemberantasan korupsi. Sebelumnya Mahathir sudah berjanji akan melakukan langkah-langkah menghapus korupsi yang disebutnya sebagai "najis rasuah".
Dengan cepat, Mahathir langsung mencopot Jaksa Agung Mohamed Apandi Ali, yang pernah menyatakan mantan PM Najib Razak bersih dari skandal megakorupsi 1MDB.
Tahun 2016, Apandi Ali menyatakan Najib bersih dari skandal 1Malaysia Development Berhad (1MDB) dan menyebut dana US$ 681 juta yang masuk ke rekening Najib, yang diduga dari 1MDB, merupakan donasi keluarga Kerajaan Arab Saudi. Disebutkan juga bahwa sebagian besar dana itu telah dikembalikan ke pihak pemberi.
Mahathir menjelaskan, alasan pencopotan Apandi Ali karena yang bersangkutan diduga terlibat dalam pelanggaran atau mengambil keputusan yang salah. Mahathir juga sempat menuding Apandi Ali menyembunyikan bukti pelanggaran hukum terkait skandal 1MDB, meskipun sudah langsung mendapat bantahan.
Tak hanya itu, fakta lain juga terungkap. Mahathir sudah mengakui dirinya yang memerintahkan agar Najib Razak dan istrinya dicegah bepergian ke luar negeri. Alasan pelarangan itu memang tak diungkap ke publik. Namun publik bisa menebak bahwa alasan pencegahan bepergian tersebut tentu ada kaitannya dengan proses penyelidikan kasus korupsi yang diduga melibatkan Najib Razak.
Saya membayangkan, Najib Razak saat ini mungkin sedang ketir-ketir. Nasibnya ibarat sudah jatuh tertimpa tangga pula. Kalah di pemilu, mundur dari jabatan pimpinan UMNO, kemudian dicekal. Nasibnya akan bertambah buruk seandainya fakta-fakta yang ada memang menunjukkan keterlibatan dirinya dalam kasus korupsi yang sudah banyak disorot media. Â Â
Indikasi keterlibatan Najib dalam kasus korupsi itu pula yang diyakini sebagai penyebab kekalahannya di Pemilu. Rakyat Malaysia benar-benar kecewa dengan kepemimpinannya sehingga menginginkan terpilihnya pemimpin baru.
Bukan hanya Najib, sosok istrinya, Rosmah Mansor juga sudah sejak lama menjadi sorotan publik lantaran gaya hidupnya yang glamor dan rela mengeluarkan uang yang sangat banyak hanya demi penampilan.
Media Wall Street Journal (WSJ) sempat mendapatkan bocoran dokumen tagihan kartu kredit Rosmah yang mencapai US$6 juta atau hampir Rp 80 miliar antara 2008 dan 2015. Tagihan itu untuk pembelian pakaian, sepatu dan perhiasan dari berbagai pusat perbelanjaan ternama, di antaranya Harrod di London dan Saks Fifth Avenue di New York.
Kita tunggu saja bagaimana kelanjutan kisah di negeri jiran tersebut. Satu hal yang pasti, itu bisa dijadikan pembelajaran buat siapapun yang suatu saat diberi kesempatan menjadi pemimpin. Godaan penyalahgunaan kekuasaan begitu besar, jika tak mampu menahan diri, maka bersiaplah kejatuhan segera datang.