Mohon tunggu...
Stevan Manihuruk
Stevan Manihuruk Mohon Tunggu... Penulis - ASN

Buruh negara yang suka ngomongin politik (dan) uang

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menyoal "Teori" Kepanikan ala Fadli Zon

27 April 2018   22:22 Diperbarui: 27 April 2018   22:45 1330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Foto:detik.com)

Pasca pertemuan Jokowi dengan elite PKS terkait Pilpres 2019, Fadli Zon menyebutnya sebagai bentuk kepanikan. Siapa yang dituduhnya panik? Tentu saja Jokowi. Fadli Zon mengatakan, itu bentuk kepanikan pihak Jokowi kepada Prabowo sebagai capres dengan political challenge tertinggi.

Sementara, PKS dikenal sebagai rekan koalisi Gerindra yang paling dekat. Dengan kata lain, menurut Fadli Zon, Jokowi sedang berusaha mengacaukan kesolidan PKS-Gerindra mendukung Prabowo.

Benarkah demikian atau justru sebaliknya?. Hanya beberapa hari setelah pertemuan Jokowi dengan elite PKS, tiba-tiba muncullah ide pembentukan sekretariat bersama PKS-Gerindra. Apa tujuannya, masih belum jelas.

Ketika media mempertanyakan apakah pembentukan sekretariat bersama itu sebagai deklarasi koalisi PKS-Gerindra di Pilpres mendatang, para petinggi Gerindra termasuk Fadli Zon buru-buru mengklarifikasinya. Mereka menegaskan, koalisi kedua partai tersebut belum resmi terjalin.

Ketika muncul pertanyaan lain, apakah pembentukan sekretariat bersama itu sebagai tanda bahwa Gerindra akan memilih kader PKS sebagai calon wakil presiden mendampingi Prabowo di pilpres mendatang, ini pun lagi-lagi dibantah.

Andre Rosiade, anggota Badan Komunikasi DPP Gerindra mengatakan, pendirian posko tersebut bertujuan menunjukkan kesolidan Gerindra dan PKS dalam mengusung Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto sebagai calon presiden. "Kalau cawapres itu akan dibicarakan oleh Pak Prabowo bersama pimpinan parpol koalisi," kata Andre.

Nah, sekarang bisa kita tafsirkan. Pembentukan sekretariat bersama PKS-Gerindra sebenarnya tidak menunjukkan adanya kemajuan komunikasi politik dua partai tersebut. Faktanya, kedua partai masih tetap dengan sikap masing-masing. Gerindra ngotot memajukan Prabowo sebagai capres dan PKS ngotot satu dari sembilan nama kader PKS yang sudah ada harus maju di Pilpres sebagai syarat menjalin koalisi.  

Sehingga, bisa jadi pembentukan sekretariat bersama PKS-Gerindra hanya sekadar reaksi sekaligus perang psikologis atas upaya komunikasi politik yang sedang coba dilakukan Jokowi.

Harus diakui, di balik sikapnya yang tenang dan kalem, langkah politik Jokowi memang sulit ditebak dan hampir selalu berhasil membuat lawan politiknya terpaksa harus memutar otak lebih keras untuk memberi respon.

Setelah bertemu elite PKS, tiba-tiba saja Jokowi bertemu dengan beberapa tokoh "alumni 212". Tentang apa yang dibahas dalam pertemuan tersebut memang tidak diungkap ke publik. Namun itu justru menimbulkan berbagai spekulasi dan dugaan di ruang publik. Salah satu yang mencuat adalah potensi Jokowi akan mendapat dukungan politik atau minimal tak lagi diganggu dengan isu-isu agama.

Rilis seluruh lembaga survey yang kredibel juga masih menunjukkan dominasi Jokowi dengan tingkat popularitas dan keterpilihan yang mengungguli calon lawan-lawannya. Pada saat yang bersamaan, popularitas Prabowo sebagai kandidat capres pun tak kunjung membaik.    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun