Politisi seperti halnya para artis bisa dikatakan sebagai public figure. Sorot kamera media (massa) selalu menyiarkan apapun yang mereka lakukan atau ucapkan. Mereka seolah sadar kamera, sehingga selalu berupaya membuat sensasi berita demi "memuaskan" para penggemarnya.
Konflik panas Amien-Luhut tak ubahnya dengan konflik para artis yang saling tuding, saling sindir, saling ancam satu sama lain. Tak ada yang tahu pasti apakah konflik itu benar adanya atau memang sengaja diada-adakan.
Ketika publik sudah terlanjur terbelah dengan pendapat masing-masing hingga menimbulkan perdebatan yang tidak substansif dan esensial, jangan-jangan dibelakang layar, para aktor justru sedang berpelukan penuh kehangatan, bercipika-cipiki. Â Â Â Â
Konflik para politisi layaknya tontonan hiburan yang tak pernah kita tahu pangkal dan ujungnya. Lihat saja, kritikan dan tudingan Amien Rais langsung dibalas tudingan dan ancaman Luhut. Publik tak sempat memikirkan substansi hal yang dipersoalkan.
Publik sibuk dengan perdebatan soal motif keduanya lalu ditambah embel-embel rekam jejak keduanya. Tak ada upaya untuk mendudukkan topik yang diperdebatkan secara sehat berdasarkan data yang kredibel dan argumentatif.
Para pendukung (penggemar?) keduanya sudah sibuk untuk mencari berbagai pembenaran untuk membela idolanya masing-masing sekaligus mencari berbagai informasi dan bahan untuk menjatuhkan tokoh yang tak diidolakannya.
Kita hidup di era politictainment, politik hiburan. Para politisi ibarat aktor yang sedang berakting menyajikan tontonan untuk memuaskan dan menghibur para penggemarnya masing-masing.
Lihat saja, betapa girangnya para penggemar Amien Rais begitu mendengar sang idola berani melontarkan kritikan tajam ke pemerintah, tanpa pernah merasa perlu berpikir jernih mengoreksi substansi kritikan yang disampaikan. Tak mau pusing memikirkan dengan akal sehat mempertanyakan darimana angka ajaib 74 persen itu berasal?.
Saksikan juga para penggemar Luhut yang bersorak ketika sang idola berani menghardik dan mengancam balik Amien Rais. Tak pernah mau memikirkan, tindakan mengancam seperti itu sungguh tak layak dilakukan oleh seorang pejabat pemerintah di era saat ini. Kita hidup di era reformasi, bukan di era otoriter yang "mengharamkan" segala macam kritik terhadap pemerintah berkuasa. Â Â Â
Fakta hari ini menunjukkan bahwa beragam informasi "berbau politik" begitu diminati oleh masyarakat khususnya pengguna media sosial. Silang pendapat, pro dan kontra antar politisi sudah seperti tayangan hiburan yang menegangkan, lucu, meski terkadang menjengkelkan. Â Â
Publik gampang hanyut oleh satu isu hangat yang sedang hot, bertengkar habis-habisan tanpa kesimpulan, lalu adem sesaat sembari menunggu isu hot berikutnya, bertengkar lagi, dan begitu seterusnya.