Kedua, popularitas. Hasil beberapa lembaga survey, nama Mahfud MD justru kalah tenar dibandingkan beberapa nama Cawapres yang disebut-sebut cukup potensial untuk mendampingi Jokowi.
Di tengah pertarungan Pilpres mendatang yang diyakini akan berlangsung ketat, para Capres bisa dipastikan akan mencari Cawapres yang dinilai memiliki elektabilitas tinggi guna menambah perolehan suara. Â Â Â Â
Ketiga,dukungan basis politik. Meski pernah menjadi anggota DPR dari Partai Kebangkitan Bangsa, dalam beberapa tahun belakangan nama Mahfud bisa dikatakan "netral".
Apalagi, PKB sejak jauh-jauh hari sudah menjagokan nama sang ketua umum sebagai Cawapres. Dukungan dari partai politik lain lebih sulit lagi karena masing-masing tentu lebih memprioritaskan kader masing-masing. Â
Keempat, penguasaan isu di luar hukum. Ini tentu menjadi pertanyaan penting dan mendasar. Benar bahwa isu penegakan hukum memang menjadi catatan khusus pada pemerintahan saat ini. Namun tak berarti isu-isu lain misalnya ekonomi, sosial budaya, pertanian, pendidikan, hubungan luar negeri menjadi tak penting.
Jika mencermati situasi politik terkini, Jokowi tak sekadar diserang dari sisi penegakan hukum yang dianggap cukup lemah. Isu-isu aktual di masyarakat khususnya bidang ekonomi pun cukup potensial digunakan untuk mengganggu elektabilitas Jokowi. Â Â Â Â Â
Peluang Mahfud MD mendampingi Jokowi di Pilpres mendatang tentu tetap terbuka. Situasi politik hingga kini masih cukup cair dan berbagai kemungkinan masih bisa terjadi. Termasuk kemungkinan Mahfud MD akan kembali memilih berada di pihak yang menantang Jokowi. Â Â Â Â
Jambi, 6 Maret 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H