[caption id="attachment_329688" align="aligncenter" width="259" caption="source : bolpoin.com"][/caption]
Pernahkah anda mengalami situasi seperti ini : berhenti dari pekerjaan yang sudah ditekuni selama bertahun-tahun, kemudian mencoba peruntungan di dunia usaha, namun apa pasal? Berwirausaha tidaklah semudah yang anda bayangkan saat masih menjadi karyawan dahulu dan akhirnya kesulitan demi kesulitan pun datang menerjang usaha anda dan juga kehidupan anda. Kondisi itu kemudian membuat anda frustasi dan putus asa.
Saya pernah mengalaminya, dan masa-masa itu akan saya jadikan pelajaran berharga untuk menapaki langkah-langkah selanjutnya.
Jika hal itu saat ini menimpa anda, lantas apa yang kemudian ingin anda lakukan? Tetap melanjutkan usaha dengan segala aral rintangan yang ada atau anda berbelok mencari jalan alternatif. Apapun itu, selama anda yakin dan bersungguh-sungguh, pasti akan selalu ada harapan.
Sekedar berbagi pengalaman, yang saya lakukan pada saat itu adalah saya memutuskan untuk mencari kerja di luar negeri, dengan sebuah asa; ingin mengubah garis kehidupan. Namun sebelumnya saya meminta ijin kepada istri dan anggota keluarga lainnya. Maka langkah-langkah nyatapun mulai saya lakukan, mulai dari mencari informasi mencari tentang cara mencari kerja di luar negeri, bertanya pada rekan yang sudah terlebih dahulu menjalaninya, mencari loker di luar negeri yang sesuai dengan keahlian saya melalui media online dan melamarnya melalui email.
Bukan hanya satu dua perusahaan yang saya lamar, saya hitung-hitung lebih dari lima puluh perusahaan asing di negara asing saya lamar. Beruntungnya saya, meskipun berkali-kali ditolak, sebagian besar email yang saya kirim mendapat balasan, berbagai alasan diungkapkan. Yang saya perhatikan, orang asing atau perusahaan asing memberi penghargaan kepada kita atas usaha kita melamar di perusahaan mereka. Bahkan diantaranya ada yang memberi pujian curriculum vitae yang saya buat berisi pengalaman kerja yang sangat berharga, namun saya bukan kandidat dengan pengalaman kerja yang mereka inginkan (Intinya tetap ditolak :) ). Nekadnya saya, saya juga melamar lowongan yang disediakan oleh praktisi atau akademisi yang membutuhkan orang untuk membantu proyeknya, dengan berderet persyaratan tentunya.  Namun sayangnya, banyak sekali persayaratan itu tidak ada di diri saya … hehehe. Untuk lowongan yang seperti ini, biasanya email ditujukan langsung kepada orang tersebut yang umumnya bergelar doktor. Yang membuat hati riang, meskipun lamaran saya ditolak, para doktor tersebut mau membalas email saya dengan kata-kata yang memberi pengharapan.
[caption id="attachment_329689" align="aligncenter" width="208" caption="boost up your brand by email (source : harryfielder.com)"]
Meskipun sudah puluhan perusahaan di negara orang saya lamar, dan saya ditolak. Saya berusaha untuk tidak menyerah. Saya pun meluaskan peluang dengan melamar perusahaan di Indonesia yang terlihat bonafid dan mau memberi sallary yang cukup menjanjikan. Namun saya hanya mau mengirim lamaran melalui email, untuk menghemat biaya. Dan disinilah saya melihat perbedaan itu, jika oleh orang asing atau perusahaan di negeri asing, email saya akan mendapat balasan meskipun saya ditolak. Sebaliknya terjadi pada email saya pada perusahaan di Indonesia, tidak ada satupun email saya yang di balas oleh mereka, perusahaan Indonesia dengan tim HRD orang-orang Indonesia juga.
Meniti Jejak Thomas Alva Edison
Ratusan kali sang penemu ini gagal untuk menciptakan bola lampu, hingga pada akhirnya penemuannya ini menjadi salah satu temuan paling bermanfaat bagi manusia. Maka sayapun mencoba bergaya sepertinya, pura-pura tidak putus asa meskipun sebenarnya dalam hati tak lagi percaya ‘Mungkinkah kesempatan untuk bekerja di luar negeri bisa menjadi nyata?’.
Saya terus dan terus mengirim lamaran untuk perusahaan di luar negeri, saya mencoba menerapkan apa yang diungkapkan oleh para ustad yaitu agar dimudahkan keinginannya, hendanya berupaya lebih dermawan. Dan jangan lupa untuk minta didoakan ibu dan istri. Dan alhamduliillah, sayapun diberi kesempatan itu. Beruntungnya lagi, kesempatan itu untuk sebuah proyek perusahaan, dan saya diminta menjadi Project Manager yang diberi kuasa penuh atas proyek itu. Saya pun diminta mencari beberapa rekan yang memiliki kapabilitas untuk proyek itu. Akhirnya bisa juga saya berkerja di luar negeri, diiringi beberapa teman pula, sehingga tidak seperti orang hilang saya disana J
Ditulisan selanjutnya mudah-mudahan saya bisa mengulas pentingnya menjalin hubungan dengan rekan kerja di negara asing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H