Mohon tunggu...
Sono Rumekso
Sono Rumekso Mohon Tunggu... -

Life is about helping and serving others.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Psikologi Klinis: Ketika Orang Kalah dalam Pemilu

26 Juli 2014   18:00 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:06 643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

KEKALAHAN dalam sebuah pemilihan umum dapat dirasakan sebagai sebuah akhir dari suatu hubungan, awal dari duka cita yang dalam, dan mimpi buruk di waktu malam. Dalam sebuah kompetisi, termasuk pemilihan umum, selalu ada yang menang dan yang kalah. Mereka yang bisa menerima kekalahan akan mengakui, tetap bersemangat dan terus dapat melangkah maju. Ada juga yang tidak bisa menerima kekalahan sampai benar-benar ada keputusan resmi bahwa dirinya memang kalah.  Tetapi ada juga yang tidak bisa keluar dari situasi emosi kekalahan. Emosi dan kepahitan akan dibiarkan untuk menemani emosinya untuk jangka waktu yang sangat lama.

Menurut Dr. Therese Rando, ahli psikologi klinis, penulis dan konsultan psikologi, ada enam bentuk bagaimana orang berduka dan bertindak dalam menyikapi kekalahan dalam pemilihan umum. Enam bentuk ini disebut dengan enam R.

1. Recognize (mengakui). Dalam situasi ini seseorang tidak bisa bergerak maju jika ia belum bisa menerima kekalahan yang dialaminya. Dia akan mengakui kekalahan jika pemenang dari kompetisi telah diproklamasikan sebagai pemenang.

2. React (bereaksi). Para pendukung kubu yang kalah dalam pemilihan akan bereaksi dengan beragam bentuk, melalui media yang ada atau dengan bentuk-bentuk lain seperti berdemo, melakukan tindakan-teinakan anarkis dlsb. Tindakan ini akan dengan sendirinya berhenti jika ada pengakuan kekalahan dari kubu yang didukungnya. Untuk itu, tindakan dan ucapan yang bersifat provokatif dari pihak yang kalah harus dihindari untuk menghindari kemungkinan yang buruk.

3. Recollect (mengumpulkan kembali). Adalah sebuah tindakan untuk mengingat kembali apa saja yang telah dilakukan yang menyebabkan kekalahan. Apa yang berjalan dan apa yang tidak berjalan dengan baik. Kesalahan yang terjadi di bagian mana dlsb.

4. Relinquish (melepaskan). Dalam fase ini, orang yang kalah dalam pemilu, keluarga dan pendukungnya sudah menerima dan bisa melepaskan perasaan dan emosi akibat kekalahan yang terjadi beberapa waktu sebelumnya. Perasaan itu telah ditinggalkan dan ditaruh sebagai bagian dari masa lalu.

5. Readjustment (penyesuaian). Orang yang kalah dalam pemilu sudah bisa kembali menjalani kehidupan secara normal. Untuk bisa mencapai tahapan ini tidak mudah dan perlu waktu. Lama waktu yang dibutuhkan untuk kembali ke fase ini tergantung dari sifat individu itu sendiri, dukungan keluarga dan dukungan dari pihak-pihak lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun