Mohon tunggu...
Asim Sulistyo
Asim Sulistyo Mohon Tunggu... -

1997 - 2004 SMPN 2 Pugung, Tanggamus, Lampung.\r\n(2005 - Sekarang SMP Negeri 3 Bayat, Klaten, Ja-teng)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Bukuku Terbelenggu Penjaga Perpustakaan

24 Maret 2015   10:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:09 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Aku diciptakan oleh orang yang berpendidikan agar bisa memberikan penerangan dunia, sebagai sumber ilmu pengetahuan, bisa menunjukan jalan yang terbaik, bisa membawa orang meraih cita-cita dan bermanfaat bagi kehidupan umat manusia sampai akhir zaman.

Belaian tangan-tangan lembutmu aku rindukan, usapan disekujur tubuhku membuat jiwaku melayang-layang bagai mimpi. Aku siap melayani apapun agar orang lain puas. Kau buka dari manapun diriku tak akan menolak. Kau pakai sampai hancurpun aku malah bangga. Sobek-sobeklah badanku kalau memang itu bisa memuaskan hatimu, tentu aku malah bersyukur kepadaNya.

Tamu-tamu yang aku harapkan datang mengunjungiku, ternyata hampa. Terkadang ada yang datang satu orang, tetapi bukan aku yang dipilih, padahal tubuhku sangat molek, wajahku cantik, senyumku manis, sambutanku cukup mesra. Berapapun aku layani, tiga hari tiga malam tanpa bayar sudah biasa, yang penting pelangganku puas. Mereka datang hanya ngegosip, ngomong sana-sini tak ada arti.

Beberapa hari yang lalu majikan membuatkan rumah baru. Badanku diikat, digotong, dibanting dan akhirnya dilempar disuduk kamar rumah baruku. Tubuhku terkoyak susah bernafas karena beberapa temanku menindihnya. Andai aku boleh bicara, kedua perempuan itu sudah aku laporkan kepada menteri pendidikan Anis Baswedan. Andai aku bisa punya pedang, kedua perempuan itu sudah aku mutilasi menjadi enam bagian sejak sembilan tahun silam.

Setelah tiga hari tak bisa bergerak, kedua perempuan itu makin kejam, aku dan teman-teman dimasukan kedalam lemari kaca dan dikunci. Tamu-tamu yang datang hanya bisa melihatnya, kemudian pergi lagi tanpa cas cis cus. Pengap, sesak, susah bernafas, berdebu, lengket dan kulitku bolong-bolong digerogoti semut.

Kupikir rumah baru memberiku kepuasan, kenyataannya kedua perempuan itu makin tidak manusiawi. Teras rumah dikasih pagar, lantai setiap pagi dipel dan disapu setiap habis ada tamu yang lewat, bahkan yang lebih memalukan pengunjung tidak boleh memakai meja dan kursi karena ada tulisan “SISWA DILARANG DUDUK DISINI”.

Begitu angkernya kedua perempuan itu, sudah bertahun-tahun tidak ada pengunjung datang meminjam buku. Ratusan pengunjung dibentak-bentak, dicaci maki, dihina, diperas dan diusir. Namun, majikan tidak punya inisiatif untuk membina kedua perempuan tersebut atau pura-pura tidak tau.

“Ini rekamannya”, ujar Caciem sambil menunjukan bukti catatannya.

“Kalau masuk, sepatu dilepas, bikin kotor aja”, gertak Surti petugas perpustakaan.

“Habis disapu, kotor lagi”,tambah surti.

“Bukunya jangan dibolak-balik”, bentak Sarni petugas perpustakaan.

“Kembalikan buku itu, jangan dibuka-buka”, perintah Surti sambil melotot matanya.

“Kamu kena denda sepuluh ribu”, tagih Sarni sambil makan keripik semut.

“Hem…galak tenan,” guman Bento.

“Biarin…itu juga manusia,” jawab Caciem.

“Percuma buku-buku itu,” tambah Bento.

“Biarin…itu juga manusia”, jelas Caciem.

“Petugas itu tidak kompeten,” ungkap Bento.

“Biarin…itu juga Manusia,” tegas Caciem.

“Kok…jawabanmu itu terus?” tanya Bento.

“Biarin….Aku juga manusia,” jawab Caciem.

“Biarin…biarin…makan tu buku…cas cis cus,” guman Bento.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun