Untuk Sidat. Ya, itulah jawabannya.
Ikan sidat yang nama latinnya Anguilla sp atau populer dinamakan massaping, merupakan jenis hewan yang potensial untuk dikembangkan di Pinrang. Jenis ikan yang memiliki semacam telinga atau sirip di bagian telinga ini memiliki nama daerah yang berbeda-beda. Misalnya di Sumatera dikenal dengan nama sogili, di Betawi disebut moa, dan di Sulawesi Selatan dinamakan massaping.
Karena bisa hidup di air tawar dan air laut, menjadikan ikan tersebut istimewa. Proses hidup di dua tempat menjadikan ikan sidat memiliki keunggulan gizi dibanding dengan ikan lainnya. Termasuk ikan salmon yang sampai saat ini diklaim memiliki kandungan gizi paling baik.
Bagi orang Jepang, ikan sidat bukanlah makanan biasa. Melainkan makanan termahal yang ada di negeri Sakura. Karena ikan sidat dipandang sebagai masakan kehormatan dan disajikan untuk tamu istimewa.
"Warung-warung di Jepang yang menyediakan menu masakan dari ikan sidat menjualnya dengan harga Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu per porsi. Terdiri dari sepiring nasi plus dua potong ikan sidat," ungkap G.Kobayashi, Technical Support PT Iroha Sidat Indonesia (ISI) ketika berkunjung di Pinrang, kemarin.
PT ISI merupakan perusahaan Jepang yang bergerak dalam usaha budidaya dan pengolahan ikan sidat di Kabupaten Banyuangi, Jawa timur berencana untuk membuka cabang di Bumi Lasinrang. Menurut G Kobayashi, Kabupaten Pinrang memiliki potensi yang besar dalam pengembangan budidaya ikan sidat, karena merupakan daerah aliran Sungai Saddang yang bermuara di laut selat Makassar. [dikutip dari Beritakotamakassar.com]
Indonesia sendiri merupakan negeri yang potensial untuk mengembangkan budidaya sidat ini. Bahkan kita mempunyai 12 jenis sidat yang tersebar di berbagai wilayah, mulai dari Sumatera hingga ke Papua. Pemerintah sendiri menyadari betapa besar potensi dari sektor perikanan ini. Kepala Satuan Kerja Tambak Pandu Karawang Made Suitha mengatakan, “Melihat permintaan pasar dunia yang sangat besar mendorong kami untuk melakukan penelitian budi daya ikan sidat.”
Sidatmoa.wordpress.com mengungkapkan bahwa sidat kini menjadi salah satu peluang bisnis yang sangat besar. Ekspor ikan sidat terutama ke Macau, Taiwan, Jepang, China dan Hongkong. Potensi pasar negara lain yang belum digarap antara lain Singapura, Jerman, Italia, Belanda dan Amerika Serikat.
Peluang ekspor dari Indonesia kian terbuka lebar. Produksi ikan sidat dari Jepang dan Taiwan mulai terbatas karena kekurangan bahan. Kedua negara otomatis mengurangi ekspor, sedangkan produksi ikan sidat dari China diketahui menggunakan zat kimia.
Negara produsen ikan sidat akhirnya mencari alternatif pasar benih, termasuk dari Indonesia. “Tapi Indonesia tidak akan menjual benih, lebih baik dikembangkan di sini sehingga investor dari luar juga datang,” tegas Made.
Harga ikan memang sangat menggiurkan. Harga di tingkat petani ikan sidat untuk elver dengan harga jual antara Rp. 250.000/kg. Untuk ukuran 10-20 gram berkisar antara Rp 20.000-Rp 40.000/kg, sedangkan ukuran konsumsi >500 gram untuk jenis Anguilla bicolor pada pasar lokal rata-rata Rp 75.000/kg; jenis Anguilla marmorata Rp 125.000-Rp 175.000/kg.
Nah, bagaimana dengan Anda?
Tertarik ingin terjun ke bisnis sidat ini?
Silakan lihat lebih lanjut di www.sidatmania.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H