Menutup tahun 2010, Perbankan Syariah telah mencapai jumlah yang signifikan, ada 11 bank umum syariah (BUS), 23 unit usaha syariah (UUS), dan 146 BPRSdengan jaringan kantor sebanyak 1.625 unit, jumlah ini telah bertambah sejak 2008 hanya ada 3 BUS , 2009 ada 6 BUS dan 2010 ada 11 BUS.
“Target 5% kemungkinan bisa didapat di tahun 2013, pada 2015 ditargetkan bisa sampai 10%, secara resmi nanti akan disampaikan oleh BI, sekarangmasih off the record dan belum di-announce ” papar Ali Sakti kepada Shaumi, Sabtu (01/01/11)
Menurut pejabat peneliti di Direktorat Perbankan Syariah (DPBS) Ali Sakti pada awal Januari 2010 di STEI Tazkia, Perbankan Syariah optimis karena tren pertumbuhan perbankan syariah cenderung meningkat sejak 2008 hingga 2010. BI menghitung hingga 2015 kemungkinan bisa mencapai 20-30 Bank Syariah, namun apakah itu ideal untuk industri ini atau tidak, akan dikaji lebih lanjut, papar Sakti.
Diakuinya kecenderungan hitungan yang terus meningkat ini berasal dari investasi baru dan juga konversi UUS (Unit Usaha Syariah) menjadi BUS (Bank Umum Syariah). Maka harapannya akan ada penambahan aset yang signifikan pada 2011 hingga 2012. Tahun ini dianggap sebagai tahun yang ideal karena dibutuhkan 2 tahun untuk persiapan infrastruktur agar bisa ekspansif dan memanen hasil pada tahun-tahun tersebut (akselerasi).
“Akselerasi itu maksudnya karena ada persaingan antar Perbankan Syariah, tentu akan ada Perbankan Syariah yang akan menjaga pangsa pasarnya, Perbankan yang mencapai peningkatan pangsa pasar hingga 35% tentu ownernya akan mengambil posisi agar tetap dominan dalam industri ini” urainya.
Pakar Riset Perbankan Syariah ini juga menambahkan bahwa dengan pertumbuhan yang saat ini mencuat sampai 44-45%, maka optimis di 2011 kalo skenario akselerasi ini terjadi, dimana Bank sudah memasang kuda-kuda dengan penumpukan Bank pada 2009-2010, maka 2011 akan ada impact. Harapannya 2011 perbankan syariah sudah settled dengan segala persiapan teknologi dan infrastrukturnya.
Berbicara proyeksi pertumbuhan pada 2011, Sakti menuturkan BI pesimis di kisaran 35%, itupun masih tergolong tinggi. Dan BI percaya diri pada perkembangan moderat menuju optimis, dimana moderat sebesar 45% dan optimis di kisaran 55%.
Saat ini Direktorat Perbankan Syariah juga sedang fokus pada pengembangan teknologi yang efisien untuk bisa mengukur real rate berdasarkan informasi akurat dari neraca-neraca usaha nasabah pembiayaan perbankan syariah. Ukuran real rate ini bertujuan untuk memperbandingkan rate bunga dan bagi hasil yang selama ini masih cenderung mengekor dari rate bunga. Upaya ini ditujukan untuk menghilangkan peran bunga, padahal perbankan syariah dengan real rate ini akan menunjukkan imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan bunga, demikian penuturan Sakti.
“Bunga (riba:red) akan hilang dengan sendirinya jika demand-nya dimatikan semati mungkin” tegasnya menutup pembicaraan dengan Shaumi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H