Mohon tunggu...
Lailatul Sya'diyah
Lailatul Sya'diyah Mohon Tunggu... -

seorang mahasiswi pencari jati diri

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Problematik Konsumerisme

11 September 2015   04:23 Diperbarui: 11 September 2015   04:23 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Konsumsi merupakan salah satu aktivitas perekonomian yang paling utama. Dalam kehidupan sehari-hari tidak akan terlepas dari aktivitas konsumsi. Mengkaji kembali sejarah konsumsi, bahwa di zaman batu tua dimana manusia masih menggunakan peralatan yang kasar. Untuk kebutuhan sandang saja mereka belum memenuhinya. Dan untuk tempat tinggalpun mereka nomaden (hidup berpindah-pindah).

Namun, seiring berjalannya waktu manusia menginginkan perubahan dan kemajuan. Di zaman batu tengahan kebutuhan sandang yang mereka gunakan adalah dedaunan yang mereka temukan di sekitar hutan. Di zaman ini Kjokken Modinger- timbunan kulit siput dan kerang yang menggunung di sepanjang pantai Sumatera Timur dan Abris Sous Roche- gua-gua yang pernah dijadikan tempat tinggal adalah ciri-ciri dari zaman ini.

Berkembang lagi, di zaman batu muda, manusia sudah menganal bercocok tanam, kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan menjadi kebutuhan utama dan diprioritaskan. Kemudian berkembang lagi menuju zaman logam, perunggu hingga besi. Hal ini menunjukkan semakin berkembangnya manusia hidup di bumi, semakin tinggi pula tingkat konsumsi yang dibutuhkan.

Mengkaji masalah sandang yang digunakan, zaman dulu orang hanya cukup berbusana dari bahan goni, kemudian muncullah wol dari bulu biri-biri, yang selanjutnya dimodifikasi ke bahan-bahan tekstil lainnya. Kemudian muncullah kain katun, sutera yang dihasilkan dari ulat sutera, dan lain sebagainya. Untuk pola konsumsi pun juga ada perkembangan dari zaman dahulu hingga sekarang. Orang yang dulunya hanya membeli baju jika memang baju yang lama sudah tidak layak dipakai lagi, kemudian orang membeli baju baru untuk baju pengganti, hingga saat ini orang membeli baju karena trend baru yang terus muncul seiap hari, bahkan setiap menit ataupun detik.

Seiring berkembangnya zaman, semakin teknologi maju, semakin mudah pula orang memenuhi kebutuhannya. Hal ini menjadikan pola konsumsi berubah di kalangan masyarakat. Perhatikan saja, di beberapa tempat makan, jika dulu kafe adalah tempat makan dimana hanyalah sebagai tempat peristirahatan untuk orang yang memang memiliki tujuan untuk rekreasi dan jarang sekali untuk datang kesitu. Namun, lihatlah untuk saat ini, sepanjang jalan di kafe kota Malang saja sudah tentu banyak pengunjungnya. Kafe saat ini digunakan orang untuk memenuhi kebutuhan mengisi perutnya. Jika makan butuh tiga kali sehari, maka orang juga akan datang tiga kali sehari, baik ke kafe yang sama ataupun lainnya. Bahkan sebagian orang akan menghabiskan waktunya lebih lama di kafe, tidak hanyak sekedar makan, remaja saat ini menyebutnya dengan nongkrong.

Pola konsumen berlebihan seperti ini bisa dikatakan mereka menganut paham konsumerisme, walaupun mereka tidak menyadarinya. Banyak sekali saat ini penganut paham-paham konsumerisme, dan survey membuktikan wanitalah yang lebih banyak pendukungnya. Seperti belanja sesuatu di luar kebutuhannya. Ini seringkali terjadi. Namun, perlu diketahui juga bahwa sikap konsumerisme ini bukan sepenuhnya kesalahan konsumen. Karena semakin jitunya strategi pemasaran saat ini, sehingga pemasar memang benar-benar mempunyai keahlian untuk membujuk konsumen untuk tetap loyal terhadap produk-produk yang ditawarkan.

Hal yang perlu disadari adalah sikap konsumerisme ini sangat bertentangan dengan prinsip ekonomi syariah yakni tawazun/ equilibrium/ keseimbangan. Mungkin sepintas jika dipraktekkan segala sesuatu yang sudah dikonsumsi itu adalah hal-hal yang disenangi dan menganggapnya itu adalah kebutuhan, namun perilaku eksploitasi tersebut sangat dibenci oleh Allah dalam firmannya QS. Al-A’’raf ayat 31 yang artinya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan. Jadi, untuk para pemuda-pemudi Indonesia, penerus bangsa gunakanlah uang itu bukan hanya untuk berbelanja demi kesenangan saja. Lebih banyaklah untuk membeli buku dan penunjang intelektualitas.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun