Mohon tunggu...
Hari Saptarengga
Hari Saptarengga Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Fakultas Ekonomi Unswagati Cirebon\r\nPengagum Sutan Sjahrir\r\nSosialisme Kerakyatan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membangun Budaya Literasi

6 November 2014   03:44 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:31 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

“Literasi ? “

Apa itu “Literasi”, mungkin beberapa diantara kita masih belum banyak memahami mengenai kata tersebut. Jika saya lihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Literasi adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tulis menulis. Dalam arti lebih luas Literasi bisa diartikan sebagai kemampuan nalar manusia untuk mengartikulasikan segala fenomena dengan tulisan. Dalam sejarahnya kita umat manusia tidak bisa hanya bermodalkan kekayaan alam saja,melainkan juga penguasaan literasi yang berkelanjutan.

Lalu bagaimanakah budaya literasi di kalangan kita para pemuda ? Namun apaboleh kata saya sendiri masih miris dengan keadaan literasi di negara kita, faktanya berbagai hasil survei mengatakan bahwa minat baca dan menulis di indonesia masih berada di posisi menyedihkan.

Budaya membaca sudah seharusnya menjadi lambang peradaban sebuah bangsa. Semakin maju sebuah bangsa, tentu semakin tinggi tingkat kebutuhan membacanya, Fakta menunjukkan bahwa peringkat Indonesia dalam Indeks Daya Saing Global 2012-2013 berada di urutan ke-50 di bawah Malaysia (peringkat 25), Brunai (peringkat 28) dan (Thailand 38).

Itu baru dari membaca, lalu bagaimana kualitas produksi menulis masyarakat kita? Hal ini dapat dilihat dari jumlah terbitan buku yang ada di Indonesia, tak sampai 18.000 buku per tahun. Sedikit ? cukup ? atau sudah mumpuni? Silahkan teman – teman bandingkan sendiri di mana negara – negara maju seperti Jepang dengan 40.000 terbitan buku per tahun, lalu India dengan 60.000 per tahun, dan Cina yang masyarakatnya mampu memproduksi buku 140.000 per tahun.

Kenapa budaya Literasi kita rendah?

Fakta – fakta tersebut menjadi renungan kita semua, bagaimana hal tersebut bisa terjadi pada masyarakat kita. Padahal Soe Hok Gie mengatakan ciri orang – orang intelektual yaitu kita yang mampu membumikan gagasan kita dalam pena. Banyak faktor yang menjadi penyebab rendahnya kegiatan baca dan tulis di masyarakat kita.

Menurut saya ada dua faktor utama yang membuat kegiatan baca dan tulis dilingkungan kita terbilang rendah, yang pertama faktor warisan orang tua, Seseorang saat ini tidak terbiasa membaca karena memang banyak sekali orang tua yang tidak membiasakan anaknya untuk membaca, padahal keluarga adalah faktor paling berpengaruh terhadap perkembangan anak. Imbasnya, para pemuda terkesan asing ketika memegang sebuah buku karena mereka memang tidak terbiasa.

Faktor yang kedua yakni faktor lingkungan, Orang tidak senang membaca lingkungan sekitarnya mulai dari teman main, rekan kerja, guru, bahkan dosen pun jarang sekali memberikan gambaran tentang kesenangan membaca, selain itu di rumah, kantor, sekolah, minim sekali perpustakaan dan tidak ada dorongan untuk membudayakan budaya baca. Lalu muncul pertanyaan “bagaimana meningkatkan budaya baca tulis dikalangan kita sebagai pelajar, mahasiswa, pemuda, dan sebagainya? “

Manfaat Membaca dan Menulis

Saya pernah menonton metro files di mana sejarawan mengatakan  “Syahrir sangat suka membaca, setiap berpindah penjara, ia lebih banyak membawa buku, dari pada pakaian. Sehingga menghindari Syahrir dari sikap Pragmatis”

Kembali ke membaca dan tulis menulis, kita dapat banyak sekali manfaat ketika kita membaca pertama mengasah kemampuan berfikir, kedua meningkatkan pemahaman, ketiga manambah wawasan pastinya, dan masih banyak lagi manfaat dari membaca. Jadi baca, baca dan baca.

Sedangkan menulis yang merupakan kegiatan manusia dalam menuangkan pemikirannya kedalam sebuah kalimat, dengan menulis kita dipaksa juga untuk membaca. Produk yang dihasilkan dari kegiatan menulis pun bermacam – macam, baik itu berbentuk buku, essay, skripsi, feature, dan lainya.

Orang yang terbiasa membaca dan menulis biasanya memiliki karakter yang sangat berbeda dengan orang – orang yang tidak terbiasa, biasanya dalam bersosialisasi, melakukan berbagai pekerjaan, berdiskusi ataupun dalam berorganisasi. Khusus dalam konteks berdiskusi atau bermusyawarah, mereka yang terbiasa membaca dan menulis akan mampu mengekspresikan pemikirannya dengan baik dan berusaha mempertahankan pemikiran tersebut dengan referensi dan argumentasi yang jelas.

Sedangkan bagi yang tidak terbiasa seperti kata syahrir mereka cenderung pragmatis, apalagi jika dalam berdiskusi/bermusyawarah mereka hanya mencari-cari pembenaran tanpa alasan yang jelas, seperti debat kusir. Maka dari itu secepatnya kita budayakan baca dan tulis sedini mungkin, di tengah era modern ini tidak ada lagi alasan –alasan menunda, informasi semakin mudah didapat, dan media untuk kita menulis pun terbuka dimana –mana.

Salam dari saya,

BACA, TULIS, DISKUSI, LAWAN

SALAM KERAKYATAN !!!!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun