Hari ini adalah hari dimana kita memperingati keringat juang para pahlawan kita atau biasa kita sebut hari pahlawan.Tentu kita ingat bagaimana dengan gigihnya para pejuang di kota Surabaya mengusir para sekutu yang ingin mencengkram kembali bangsa ini, Kejadian tersebut merupakan peristiwa besar dimana ribuan nyawa telah berkorban di hantam dari darat, laut dan udara. Nyawa yang hilang dalam jumlah besar itu adalah bukti kegigihan rakyat surabaya dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia dari teror para penjajah. Itulah peristiwa 10 November 1945 yang kita peringati hari ini, dan peristiwa tersebut kembali menyapa kita sebagai para penerus bangsa yang terlalu sibuk dengan berbagai aktivitas. Hari pahlawan juga menjadi sebuah refleksi bagi kita untuk lebih memikirkan bangsa ini. Itulah makna yang harus diresapi dalam momentum ini, hanya saja makna tersebut sulit sekali tersampaikan kepada generasi bangsa saat ini.
Generasi bangsa saat ini cenderung terlalu nyaman dilingkungan Materialisme, Hedonisme, Pragmatisme, bahkan egoisme, dan bahkan terlihat membudaya dilingkungan kita dan hal tersebut sudah menutup lubang kesadaran kita. Saat ini kita hanya sempat memikirkan hal – hal materia saja, uang, jabatan, ketenaran, harta, dan segala sesuatu yang hanya untuk menguntungkan diri sendiri. Itulah yang menjadi fokus di diri kita saat ini, dan hal tersebut adalah langkah maju menuju kehancuran bagi bangsa kita. Padahal problematika bangsa saat ini seperti kemiskinan, korupsi, pengangguran dan masih banyak problematika lain yang seharusnya mendapat perhatian penuh bagi kita. Imbasnya rakyat kecil semakin semrawud menghadapi berbagai problematika yang ada, mereka semakin tersiksa saat perkembangan zaman mempersempit ruang kenyamanan mereka. Sementara para pimpinan rakyat yang tak tahu malu dengan gaduhnya sibuk mempersoalkan gaji, kekuasaan, kekayaan, korupsi yang mereka tutup – tutupi, dan tersebut hanya demi kepentingan pribadi dan kelompok semata. Itulah faktanya sekarang dan hal ini menjadi musuh yang harus kita hadapi. Jadi bisa dibilang dulu para pahlawan menghadapi musuh dari luar namun di era kita ini musuhnya justru dari dalam negeri sendiri.
Musuh lain yang juga harus kita hadapi yaitu nafsu – nafsu kita, saat ini kita kerap dicambuk oleh nafsu –nafsu kita yang hanya mementingkan diri kita sendiri dan mengacuhkan hati kecil kita sebagai manusia. Kita disibukan dengan keinginan – keinginan diri, saat mendapatkan harta kita ingin lebih, korupsi pun menjadi jalan pintas yang akhirnya menindas hak orang lain, lalu saat kita memperolah jabatan, tetapi dirasa masih kurang yang akhirnya kita saling menjatuhkan dan saling memfitnah satu sama lain. Itulah sedikit contoh di mana kita tidak dapat membendung nafsu kita sendiri. Dan jangan heran jika melihat kekacauan yang ada saat ini. Seperti kata Pram dalam kutipannya “ Setiap hak yang berlebihan adalah penindasan” tentu kata – kata tersebut membuat kita tahu batasan dan nafsu yang kita punya, jika tidak akan ada pihak yang tertindas.
Pahlawan yang kita butuhkan saat ini bukanlah mereka yang membawa senjata seperti para pahlawan kita seperti dahulu, tetapi pahlawan yang kita butuhkan ialah mereka yang mau menuangkan pemikiran, tenaga, dan waktu yang siap dikorbankan demi kemajuan bangsa, bukan saatnya lagi kita mementingkan diri sendiri karena generasi yang berhasil adalah yang paling bermanfaat bagi bangsa ini. Selamat hari pahlawan, mari kita hargai para pahlawa pendahulu kita dengan melanjutkan perjuangan mereka demi kebaikan bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H