Vaksin DTP - Vaksinasi Pertusis Bagi Orang Dewasa
Bagi negara Industri dan masyarakat yang telah maju dengan tingkat kesadaran imunisasi yang telah tinggi, maka cakupan imunisasi sudah sedemikian tingginya, sehingga hampir semua anggota masyarakat telah mendapatkan vaksinasi DTP sejak usia muda
Kita juga tahu bahwa jadwal imunisasi vaksin DTP bagi bayi dan anak adalah dimulai sejak mereka berusia 2 bulan, kemudian dosis berikutnya pada saat mereka berusia 4 dan 6 bulan, dan terakhir akan diberikan dosis booster atau dosis penguat pada saat mereka telah mencapai usia 12 bulan atau berusia satu tahun.
Kalau kita melihat jadwal imunisasi yang baru mulai pada saat berusia 2 bulan, maka ada saat dimana bayi tersebut tidak terlindungi terhadap kemungkinan terjangkit infeksi kuman difteri, tetanus dan pertusis, meskipun dikatakan ada kemungkinan bayi tersebut masih terlindungi oleh zat antibody dari Ibu atau maternal antibody, yaitu antibody dari ibu terhadap beberapa jenis penyakit infeksi terkenal, misalnya terhadap penyakit campak atau measles, juga terhadap penyakit pertusis atau batuk rejan atau lebih dikenal sebagai penyakit Batuk Seratus Hari, maternal antibody yang diperoleh dari ibu sewaktu bayi masih ada dalam kandungan ibu.
Dari data epidemiologi penyakit pertusis, bayi penderita penyakit pertusis umumnya berusia satu tahun dan tertinggi pada bayi berusia dibawah 3 bulan.
Golongan usia 3 bulan hingga 1 tahun ini juga yang paling banyak mengalami komplikasi penyakit seperti : radang paru atau pneumonia, sesak nafas atau apnea, dan bronchitis, juga gangguan sistim saraf dan jantung, sehingga bayi harus dirawat dirumah sakit, dan angka kematian yang tinggi.
Juga dari pengalaman klinis, maternal antibody protection ini tidak berlangsung selamanya, sehingga tidak menjamin bayi tersebut, karena banyak kasus bayi yang menderita penyakit-penyakit tersebut diatas, terutama pertusis atau batuk rejan.
Akibatnya banyak bayi dibawah usia 2 bulan hingga berusia 1 tahun, yang harus dirawat dirumah sakit, karena telah mengalami komplikasi penyakit pertusis yang serius, seperti , pneumonia, kelainan saraf seperti kejang-kejang, ensefalopati, perdarahan didalam selaput otak hingga meninggal.
Dari data internasional, setiap tahun ada sekitar 20 - 50 juta kasus pertusis bayi, dengan angka kematian sekitar 300.000 bayi.
Sekarang akan timbul pertanyaan bagi kita, dari mana datangnya kuman penyakit pertusis ini yang menginfeksi bayi-bayi mereka, padahal, pada masyarakat maju yang tingkat cakupan imunisasi sudah sedemikian tinggi, termasuk untuk penyakit pertusis ini ?
Kalau seandainya kuman pertusis ini ditularkan oleh para orang tua tersebut, akan timbul pertanyaan kita berikut ini, yaitu :Â Apakah imuninasi petusis yang telah mereka terima semasa bayi dan anak-anak itu sudah tidak tersisa lagi setelah mereka meningkat jadi orang dewasa ?