Menurut data dari DepKes Indonesia: Jumlah kasus tetanus neonatorum di Indonesia pada tahun 2003 sebanyak 175 kasus dengan angka kematian (CFR)Â 56% (Profil Kesehatan Indonesia 2003, Depkes)
Penyakit ini disebabkan oleh spora kuman tetanus Clostridium tetani yang terdapat ditanah atau alat yang tidak bersih, misalnya persalinan yang ditolong dengan alat yang tidak steril, sehingga terjadi infeksi tali pusat bayi atau luka jalan lahir ibu dengan spora kuman Clostridium tetani. Kemudian kuman ini akan mengeluarkan racun eksotoksin yang bersifat neurotoksin, menyebabkan sakit tetanus dan kematian bayi dan ibu bila tidak mendapatkan pertolongan yang tepat. Kejadian infeksi dan penyakit tetanus pada ibu yang segera habis melahirkan disebut tetanus post partum, sedangkan bayi yang baru lahir dan menderita penyakit tetanus disebut tetanus neonatorum
Dengan penerangan tentang bahaya penyakit tetanus dan pemberian vaksin anti tetanus bagi calon ibu, penyuluhan proses pertolongan kelahiran yang baik dan steril untuk para dukun paraji dan bidan, maka angka kejadian dan angka kematian bayi dan ibu akibat tetanus semakin hari semakin rendah.
Difteri
Difteri termasuk penyakit menular yang jumlah kasusnya relatif rendah. Rendahnya kasus difteri sangat dipengaruhi adanya program imunisasi. Di Indonesia selama tahun 2004 frekuensi KLB difteri terjadi 34 kali dengan jumlah kasus sebanyak 106 dan CFR 9,4% (Profil Kesehatan Indonesia 2004, Depkes)
Namun baru-baru ini, pada akhir tahun 2011, telah terjadi kejadian luar biasa penyakit difteri di Jawa Timur, dengan korban meninggal dan sejumlah bayi dan anak yang terpaksa harus dirawat intensif dirumah sakit akibat penyakit difteri ini.
Selama ini dengan program vaksinasi bayi yang rutin, maka angka kejadian penyakit difetri telah dapat ditekan hingga angka yang paling rendah, meskipun hingga saat ini belum ada satu negarapun didunia yang berhasil bebas dari penyakit difteri. Dengan demikian, maka peran vaksin dan vaksinasi difteri adalah mutlak dan sangat nyata dalam mengendaliakn dan mengontrol angka kesakitan dan angka kematian akibat penyakit difteri ini.
Campak
Campak merupakan penyakit menular yang sering menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Secara nasional selama tahun 2004 frekuensi KLB campak menempati urutan kedua setelah DBD. KLB Campak 2004 terjadi sebanyak 97 kali dengan jumlah kasus sebanyak 2.818 dan 44 kematian atau CFR 1,56% (Profil Kesehatan Indonesia 2004, Depkes).
Penyakit ini disebabkan oleh virus, kejadian komplikasi dan angka kematian meninggi pada anak berusia < 5 tahun dan dewasa berusia > 20 tahun. Komplikasi serius berupa radang paru /pneumonia 1-6%, ensefalitis/radang otak 1 per 1000-2000 penderita campak dan radang otak lain yang lebih serius yaitu subacute sclerosing panencephalitis 1 berbanding 100.000 kasus campak. Pada wanita hamil, campak dapat menyebabkan keguguran janin dan lahir prematur.
Anak yang mengalami komplikasi radang otak karena virus campak seperti diatas dapat mengalami gangguan mental dan fungsi gerak, yang akan terjadi sekitar 7 tahun kemudian pasca infeksi campak, namun gejalah awalnya seperti kejang dan perubahan sifat anak sudah mulai terjadi sewaktu anak berusia 2 tahun. Anak lelaki adalah lebih sering mengalami ini daripada anak perempuan dengan perbandingan 2:1 hingga 4:1.