Mohon tunggu...
andung awang heranto
andung awang heranto Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Warung sate klatak tradisional khas Jejeran Imogiri Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Sate Klatak di Yogyakarta

6 Januari 2015   15:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:43 834
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

suasana pedesaan di warung sate pak JeDe

Baru pertama mendengar nama Sate Klatak? Jangan kuatir ketinggalan jaman kalau belum pernah mendengarnya  selama ini, karena meskipun Sate Klatak adalah ikon kuliner yang sudah ada sejak dulu, namun baru muncul belakangan ini dan mulai setara dengan Gudeg dan Bakpia sebagai ikon kuliner khas Jogja.

1420455784891976874
1420455784891976874
sate klatak dengan kuah gule dan sambal kecap

Sate Klathak berasal dari istilah warga sekitar Jejeran, Imogiri, Yogyakarta untuk daging kambing yang dibumbui garam krosok (garam laut kasar) yang kemudian dipanggang diatas bara arang. Seiring dengan persaingan dagang, kemudian berkembang dengan ditambahkannya bumbu-bumbu andalan masing-masing pedagang sate seperti kemiri dan bawang putih kedalam larutan garam untuk merendam daging, sehingga rasanya tidak hanya asin, namun menjadi lebih gurih. Pertama kali dijajakan di sekitar pasar Jejeran, Imogiripada tahun 1960-an, saat itu pedagang sate klathak yang terkenal diantaranya adalah Mbah Cupet, Mbah Ambyah, dan Mbah Umar.

Ada juga yang berpendapat istilah klathak berasal dari suara daging yang dilumuri garam dan dibakar sehingga berbunyi “klathak-klathak”. Ya itu bisa jadi benar karena memang bunyinya begitu. Bahkan ada yang menyebut istilah klathak berasal dari suara buah melinjo yang jatuh ke atap pedagang sate didalam pasar, yang kebetulan banyak pohon melinjonya.

Namun penafsiran yang diragukan kebenarannya adalah bahwa istilah klathak berasal dari nama besi penusuk daging yang berasal dari jari-jari roda sepeda. Jari sepeda itu namanya “ruji” dan bukan klathak seperti yang dipercaya oleh sebagian orang.

Untuk menjaga kebersihan ruji besi itu sendiri, para pedagang sate mengikuti prosedur yang dijalankan sejak dulu, yaitu dicuci lalu digosok dengan pasir gunung Merapi agar terhindar dari bau besi. Adapun ruji itu sendiri digunakan sebagai penusuk sate karena mampu menghantarkan panas dengan baik sehingga daging yang di sisi dalam pun bisa matang sempurna namun tidak gosong untuk mempertahankan manisnya daging kambing yang berumur 5-7 bulan ini.

1420508952202574117
1420508952202574117

Saat ini penjaja sate klatak masih banyak yang berkonsentrasi di daerah asalnya yaitu kampung Jejeran di kecamatan Pleret, Bantul DIY tepatnya di sepanjang jl. Imogiri maupun di pasar Jejeran sendiri. Para pedagang disana kebanyakan adalah keturunan dari para perintis tersebut diatas. Beberapa diantaranya yang terkenal adalah pak Pong, pak Bari, dll.

Sedangkan diluar Jejeran kebanyakan juru masaknya adalah para mantan pegawaisate klatak yang ada di Jejeran, dan masih mempunyai hubungan kekerabatan satu sama lain. Namun yang pasti, juru masak sate klathak harus dan wajib penduduk asli Jejeran. Percaya atau tidak, meskipun resepnya sudah dibuat semirip mungkin, namun rasanya tetap berbeda kalau dimasak oleh orang luar Jejeran.

Salah satu penjual sate klatak yang sedang digemari di Yogyakarta saat ini adalah sate klatak “pak JeDe” yang juga menerapkan prinsip yang sam dengan tujuan untuk membawa suasana warung sate tradisional yang otentik namun dengan interior yang lebih luas, lebih bersih, dan lebih baik pelayanannya, namun jauh lebih mudah dijangkau dari kota Yogyakarta karena berada sekitar 1,5 kilometer di utara mall Ambarrukmo Plaza.

Juru masaknya khusus yang didatangkan dari Jejeran sehingga kualitas rasanya pun tidak diragukan lagi. Termasuk diantaranya adalah pemilihan kecap untuk memasak, masih menggunakan merk yang sama seperti tahun 1960 an dulu, yaitu kecap cap Slada Gelang Mas. Dengan sentuhan bumbu asli pilihan berkualitas terbaik yang dibeli segar setiap hari dari sumbernya di pasar Jejeran, membuat rasa sate klathak pak JeDe selalu dipuji oleh para tamu-tamunya. Bahkan para pejabat negara dan artis musisi terkenal pun sudah mengakui orisinalitas dan kelezatan hidangan kami seperti yang dipasang di dinding  sebagai ornamen penghias warung.

1420508427875700353
1420508427875700353

Selain sate klathak,  disana juga menyajikan beberapa sajian kambing yang khas untuk memanfaatkan sisa kambing yang tidak dipakai untuk sate, yaitu :

-Sate kambing : seperti umumnya sate kambing yang kita kenal, yang diberi bumbu spesial khas Sleman seperti air asam dan ramuan lain, serta disajikan dengan tusuk bambu, sambal kecap, dan pelengkap lainnya

-Tongseng : berbahan dasar gule kambing yang ditambahkan bumbu rahasia khas Jejeran, dan menggunakan daging paha yang bertekstur lebih padat, dengan penambahan kol dan tomat serta daun jeruk

-Kicik : tongseng yang dimasak dengan kuah gule yang minimalis, sehingga boleh dikatakan kicik adalah tongseng kering, dan sering ditambahkan lemak sandunglamur untuk memperkuat rasa daging yang dimasak

-Lelung : singkatan dari “gule balungan” atau gulai tulang, yaitu tulang dan daging yang tidak dipakai untuk sate, dimasak kembali dalam kuah gule

-Gule jeroan : menu dasar yang menjadi sumber dari semua masakan turunan sate klathak

-Tengkleng : tulang dan daging yang tidak dipakai untuk sate, dimasak kembali dalam kuah gule seperti Lelung diatas, dan kemudian ditambahkan bumbu-bumbu spesial agar rasa gurih tulang makin muncul

1420508504466668168
1420508504466668168

-Nasi Goreng Kambing : berbeda dengan tipikal nasi goreng kambing khas Timur Tengah yang menggunakan bumbu-bumbu kari dan minyak samin, versi Jejeran adalah nasi yang digoreng bersama kicik, sehingga kaldunya meresap kedalam nasi dan menghasilkan hidangan yang kering namun sangat terasa bumbunya

1420508557268317231
1420508557268317231

Nah dengan adanya informasi diatas, kita jadi tambah tahu kan, kuliner apalagi di Jogja yang belum sempat kita coba? ayo buruan.. Jogja memang Istimewa!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun