"Tahajud kepada Embun"
Wahai langit yang tiba-tiba jadi pelit!
Yang masih menyembunyikan gerimis dari pulau ini. Entah apa yang membuatmu geram?
Dengar! Tak kau lihatkah seluruh gigi nyengir menatap awan yang tak sudi singgah?
Serta para elang yang ngerang meratapi ombak?
Wahai langit yang pelit. Yang tiba-tiba jadi bandit.
Bahkan air liur kami pun telah lekat membacai tarian asap di akar-akar belukar.
Wahai langit pelit
yang masih mencubit-cubit dan melilit.
Ini sejuta titik air mata
dari sekujur pulau telah kami tabur
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!